Search This Blog

Monday, August 22, 2005

17-an Permata Timur


PADA 17 Agustus 1945, ayah belum lahir. Mommy juga belum. Apalagi saya. Saya juga belum paham, buat apa berbagai peringatan 17-an itu diadakan. Urusan yang rumit-rumit begini, biar ayah dan mommy yang mengurus. Mereka kan kerjanya di soal yang njlimet seperti itu.

Tahun ini, 17 Agustus 2006, di komplek tempatku tinggal, Perumahan Permata Timur, Jati Cempaka (ini adalah pecahan kelurahan Jatiwaringin), Pondokgede Bekasi, juga diadakan peringatan 17-an. Sayang, ayah dan mommy tidak bisa ikut kegiatan di rumah. Mereka berdua masuk kantor. Kata ayah, ‘’Ayah kan pergi untuk beli susu buat Darrel.’’

Saya diantar Mbak Mur dan Mbak Minah ke kolam renang, melihat lomba 17-an. Di situ ada Kak Pasha, tetangga saya, yang sedang ikut lomba menggambar. Saya belum bisa menggambar. Karena itu, saya hanya datang, melihat Kak Pasha bermain lomba. Eh, ketika saya nyamperin Kak Pasha, tangan saya dipegang Mbak Mur. Katanya tidak boleh mengganggu. Ya sudah…

Dari situ, saya kemudian pulang naik mobil listrik warna kuning, yang masih baru. Wah, enak sekali. Hanya kata ayah, kalo saya naik mobil, jalannya masih di tengah. Mengganggu mobil lain yang mau lewat.

‘’Memangnya tidak boleh lewat di tengah,’’ tanyaku sambil menggerutu.
‘’Nggak boleh dong mas… Kan kasihan kendaraan lain yang mau lewat. Mas lewat saja di pinggir, biar yang lain juga bisa berlalu.’’

Peringatan 17-an tahun depan, insya Allah, saya sudah bisa ikut karnaval sepeda hias. Merdeka!

1 comment:

teasi said...

k5s55i0f66 n4t85o7r32 a6y73k9j88 t1l34j8t40 l9h30t4v49 y9l47t7g69