Search This Blog

Wednesday, June 28, 2006

MENCEGAH MEMBASMI DAN MENGENDALIKAN RAYAP PADA BANGUNAN



RAYAP, tubuhnya memang kecil, tetapi memiliki kekuatan yang dahsyat untuk menghancurkan sebuah bangunan. Belum banyak yang mengetahui cara pencegahan dan pengendaliannya. Karena semakin lama rayap dibiarkan dilingkungan anda, maka semakin besar kemungkinan mereka mengakibatkan kerusakan yang lebih jauh lagi.
Rayap merupakan jenis serangga yang tidak asing lagi ditelinga kita, yang selalu dikaitkan dengan “si perusak” keberadaannya sangat menyeramkan dan dengan gerakan komunitinya dapat meruntuhkan bagian rumah atau gedung.
Di Indonesia khususnya di DKI Jakarta kecenderungan serangan rayap semakin tinggi pada bangunan gedung, bukan hanya yang berfungsi sebagai hunian tetapi juga pada bangunan gedung bertingkat untuk fungsi usaha seperti perkantoran, apartemen, hotel dan pusat perbelanjaan. Bahkan beberapa gedung di DKI menunjukkan sudah mulai atau pernah digerogoti rayap tanah, seperti Gedung Bina Graha Jakarta, Museum Gajah, Purna Bakti Pertiwi, Gereja Immanuel, Masjid Manggala Wanabhakti serta beberapa bangunan gedung sekolah dan lebih dari 10 apartemen bertingkat di daerah Simprug, HR Rasuna Said, Semanggi, Menteng, dan Kelapa Gading.


Salah satu penyebab bergerak cepatnya penyebaran rayap di DKI adalah, karena hampir seluruh daerah di ibu kota ini, berada pada dataran rendah dengan suhu yang hangat dan kelembaban yang tinggi sehingga kondisi lingkungan ini sangat disukai oleh beberapa jenis rayap. Hal lain adalah pengaruh lahan-lahan yang ada berupa tanah merah gembur dan bekas pertanian, di mana 90 persen mengandung populasi rayap yang tinggi.
Tidak tanggung-tanggung menurut data kerugian ekonomis yang dialami Indonesia sampai pada tahun 2000 akibat rayap mencapai angka Rp 2,67 triliun, serta rata-rata persentase serangan rayap pada bangunan perumahan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Batam mencapai angka 70% lebih, angka tersebut akan semakin bertambah melihat kecenderungan terakhir ini, bahwa nilai kerugian akibat rayap setiap tahunnya meningkat sekitar lima persen seiring meningkatnya pembangunan gedung, terutama gedung bertingkat yang ada di Jakarta.
RAYAP DAPAT MENEMBUS TEMBOKRayap merupakan serangga berukuran kecil yang hidup berkelompok dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Serangga ini masuk dalam ordo isoptera (dari bahasa Yunani, iso = sama dan ptera = sayap). Dijelaskan, di dalam biosfera, pada dasarnya rayap merupakan bagian dari komponen lingkungan biotik yang memainkan peranan penting, seperti dapat membantu manusia menjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu untuk mengembalikannya sebagai unsur hara dalam tanah. Namun karena perubahan kondisi habitat akibat aktivitas manusia, sangat potensial mengubah status rayap menjadi serangga hama yang merugikan.

Seperti halnya pemanfaatan lahan dari areal perkebunan menjadi daerah pemukiman, telah mengakibatkan habitat alami rayap terganggu dan mencari sumber makanan baru berupa kayu atau material berselosa lain yang terdapat pada bangunan gedung, sebagai contoh, berbagai kasus serangan rayap pada bangunan gedung di DKI Jakarta banyak terjadi di daerah bekas perkebunan karet.
Serangga ini memang tidak mengenal kompromi dan melihat kepentingan manusia, dengan merusak mebel, buku-buku, kabel-kabel listrik, telepon, serta barang-barang yang disimpan. Untuk mencapai sasarannya, rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa sentimeter.
Serta apapun bentuk konstruksi bangunan gedung, seperti slab, basement atau crawl space, dapat ditembusnya lewat lubang terbuka atau celah sekecil satu per-enam empat inci. Baik celah pada slab di sekitar celah kayu atau pipa ledeng, serta celah antara pondasi dan tembok, maupun pada kuda-kuda atap. Atau rayap juga dapat membuat lubang di atas pondasi, terus ke atas hingga mencapai kuda-kuda dan di seluruh permukaan tembok.
Beberapa faktor pendorong serangan rayap pada bangunan, antara lain banyaknya kayu yang tertimbun di dalam tanah saat pembangunan, adanya celah pada pondasi tembok, sistem ventilasi kurang baik, kayu yang berhubungan langsung dengan tanah, dan kondisi bio-fisik tapak bangunannya itu sendiri yang menguntungkan kehidupan rayap.

Bagian komponen bangunan yang rawan terhadap serangan rayap adalah balkon, teras, sambungan talang air hujan, kerangka atap, ventilasi, hubungan antara dinding bata dan ampik kayu, serta hubungan antara dinding bata dan atap. Juga sudut dinding, hubungan sudut antara kusen dan dinding batu, pasangan dinding yang berhubungan dengan bak bunga, retak-retak pada dinding bata, serta hubungan antara dinding dengan pondasi.
HARUS DILAKUKAN PADA TAHAP KONSTRUKSI
Untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat kerugian akibat serangan rayap pada gedung-gedung publik, maka berdasarkan Undang-Undang No 28/2002 tentang bangunan gedung Pasal 18 Ayat 1 dikatakan bahwa setiap bangunan harus tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan alam, seperti gempa bumi, longsor dan serangga perusak.
Untuk itu harus didukung ketetapan pemerintah yang dijalankan secara ketat mengenai persyaratan teknis bangunan gedung khususnya ketentuan tentang pencegahan dan pengendalian terhadap serangan rayap, yang merupakan bagian dari Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung, dimana ketentuan tersebut bukan hanya mengatur proses IMB/ retribusi tapi juga harus diikuti dan ditindaklanjuti upaya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat akan pentingnya keselamatan bangunan gedung.
Secara umum penanggulangan bahaya rayap harus dimulai pada tahap prakonstruksi untuk mencegah masuknya rayap ke dalam bangunan gedung. Tindakan penanggulangan bahaya rayap prakonstruksi dapat dilakukan dengan pendekatan rancang bangunan gedung tahan rayap, penggunaan kayu awet atau diawetkan melalui tindakan pengawetan kayu, dan pemberian perlakuan tanah sebagai penghalang kimia.
Hal lain adalah harus adanya peningkatan dalam penelitian yang dilakukan oleh badan litbang instansi terkait, mengenai klasifikasi kayu sebagai bahan bangunan yang tahan terhadap serangan rayap, baik jenis kayunya maupun setelah jenis kayu tersebut dilakukan treatment khusus untuk menanggulangi bahaya serangan rayap.
Jika bandingkan antara biaya anti rayap dengan jumlah uang yang dikeluarkan untuk pembelian kayu untuk kusen, pintu, jendela, dan konstruksi plafon/atap, maka biaya anti rayap sangat kecil. Namun demikian semua itu akan menjadi sangat murah jika service tersebut dilakukan sebelum mendapat serangan rayap. Mengapa ? Karena jika dilakukan sebelum muncul serangan rayap, hanya akan terbebani oleh biaya anti rayap saja.
Seandainya anti rayap dilakukan setelah mendapat serangan rayap, maka harus mengeluarkan biaya perbaikan/renovasi terhadap kerusakan yang telah terjadi.
Bebas dari serangan rayap berarti rutinitas aktivitas tidak akan terganggu. Mengapa tidak mengantisipasi serangan rayap sedini mungkin daripada dibuat pusing kemudian? Mencegah lebih murah dari pada membasmi.
RAYAP BEKERJA 24 JAM SEHARI, 7 HARI SEMINGGU
Serangga merupakan biang keladi dari semua kerusakan kayu-kayu konstruksi bangunan yang bekerja 24 sehari, 7 hari seminggu, dan 54 minggu setahun, ada 3 (tiga) tujuan yang mendasari termite control service atau anti rayap yaitu mencegah, membasmi dan mengendalikan.
MENCEGAH. Suatu langkah yang sangat bijaksana, karena dapat mengantisipasi serangan rayap yang berasal dari luar bangunan. Seandainya suatu ketika muncul laron-laron yang beterbangan saat senja hari dan salah satu dari mereka berhasil memperoleh tempat untuk bertelur, maka rayap yang berasal dari telur-telur laron tidak akan mampu memakan kayu-kayu yang telah terlindungi termitisida/obat rayap dan tidak bisa menembus lapisan tanah yang telah dilindungi oleh termitisida.
MEMBASMI. Biasanya dilakukan oleh Anda yang belum mengetahui dan mengerti termite control service. Hal ini wajar karena mungkin Anda menganggap service ini tidak penting.
MENGENDALIKAN. Tujuan akhir yang benar-benar jangan sampai terjadi, karena hal ini dikarenakan pelaksanaan service yang sangat terlambat dan rayap sudah menyebar ke seluruh bagian bangunan. Rayap tidak mungkin terbasmi atau dapat dihilangkan secara total, karena jalur lalu lintas rayap benar-benar luas dan tersembunyi. Namun demikian service yang peroleh dapat memperpanjang usia bangunan Anda dan mengendalikan serangan rayap agar tidak menimbulkan kerusakan fatal.
Secara garis besar pelaksanaan termite control dilakukan dalam 2 (dua) macam metode, yaitu pertama Pre-construction termite control (metode pra konstruksi) Yaitu termite control yang dilakukan saat bangunan sedang dibangun, yang meliputi pekerjaan penyemprotan galian pondasi, penyemprotan seluruh permukaan lantai/tanah bangunan sebelum pengecoran, dan penyemprotan seluruh permukaan kayu-kayu sebelum dipasang pada konstruksi plafond dan atap.

Yang kedua post construction termite control (metode pasca konstruksi) Yaitu termite control yang yang dilakukan pada bangunan yang sudah berdiri dengan jalan menginjeksikan termitisida/obat pembasmi rayap ke dalam tanah dibawah lantai sepanjang pondasi bangunan yang jarak antar lubang injeksinya + 60 - 80 cm, dengan diameter lubang max. 13 mm. Sedangkan untuk kayu-kayu yang telah terpasang dilakukan penyemprotan langsung dengan termitisida. (dari berbagai sumber)

Diambil dari Majalah Proyeksi, 6 April 2005

Tamu dari Libya


TANTE Atik pulang ke Indonesia, 24 Juni lalu. Harinya Kamis. Ia datang bertiga: dengan Azul, Tante Atik, dan si sulung Naila. Ia terbang dari Tripoli sehari sebelunya. Wuah, capek ya?
Tante Atik orangnya njelimet. Dua bulan sebelum sampai, ia sudah membuat perencanaan berbagai macam. Mulai dari rencana ke Lampung, ke Yogya, ke Citibank, Dunia Fantasi, hingga niatnya membeli buku di Gramedia.
Mungkin Tante Atik (dan Om Ando) sudah saatnya menggaji tenaga khusus untuk mengelola jadwal. Kalau di kementerian, namanya bagian protokol.
****
Tante Atik tiba jam 17.35, dengan pesawat Lufthansa. Ditambah dengan proses imigrasi, dan menunggu barang, ia baru bisa mencapai ruang penjemputan jam 18.30. Lama ya? Bandingkan kalo om dan tante di Sepang (Malaysia) atau Changi (Singapura). Waktunya tak lebih dari 30 menit untuk menggapai ruang penjemputan.

Bandara Soekarno Hatta memang bermasalah. Awak darat yang mengurus keluarnya barang itu lo. Lelet minta ampun. Kalau kita sudah biasa bepergian ke Eropa, juga ke negara-negara maju di Asia, akan terasa betapa Bandara Soekarno Hatta amat kumuh dan sempit.

Sekitar 45 menit setelah Tante Atik di ruang tunggu, Mommy Uni datang. Hari itu, mommy pergi ke Banjarmasin, untuk ceramah mengenai kode etik jurnalistik, mewakili Dewan Pers. Ia berangkat pagi, kembali dari Banjarmasin sorenya.

Maka, mobil mommy pun sore itu penuh. Di depan ada mommy. Di tengah ada tante Atik, azul, dan naila. Di belakang ada koper dan ayah. Full.

Perjalanan dari bandara ke rumah di Permata Timur sore itu padat luar biasa. Butuh waktu sekitar 2 jam. Padahal kalo hari Sabtu ato Minggu pagi, paling Cuma 30 menit.
******
Pada hari pertama, Tante Atik membereskan kartu kreditnya di Citibank. Di hari kedua, ini Sabtu, Tante Atik ke Dunia Fantasi.

Ia ke Ancol bersama Azul, Naila, Mur, dan Darrel. Yang nyetir Pak Rejo.
Dari pagi sampe jam 15an mereka di Dunia Fantasi. Sayang gambar-gambar jepretan mbak Mur tidak bisa dinikmati. ‘’Di delete Darrel Pak,’’ katanya.

Pulang dari Dufan, Tante Atik pergi ke Bandara. Ia menjemput Eyang Siti Asiyam, yang datang dari Yogya. Pada Minggu pagi, mereka berangkat ke Lampung, untuk menengok Bude Tiwi.

Rencananya, mereka di Lampung sampe Sabtu pagi. Setelah itu, mereka terbang ke Yogya, langsung dari Lampung.

Tapi, pada Rabu sore, saat saya nulis untuk blog ini, Tante Atik nelepon. ‘’Wah, Lampung gempa terus. Rumahe mbak Tiwi retak-retak. Di halaman rumah tanahnya retak 1 cm…’’

Wednesday, June 21, 2006

Bersama SBY Menghajar Rayap



KELUARGA kami tak ada hubungan kekerabatan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kalaupun mengenal, itu lantaran kami berdua, Iwan dan Uni, sama-sama wartawan. Jadi lebih pada hubungan kerja. Namun ada satu hal yang mendekatkan kami. Sang perekat hubungan itu bernama rayap.

Rumah keluarga kami, di Permata Timur Blok JJ Nomor 3 Jaticempaka, Bekasi, senasib sepenanggungan dengan Istana Merdeka dan Wisma Negara, yang sehari-hari menjadi kantor dan tempat tinggal Presiden. Dua tempat penting untuk Republik Indonesia itu harus dibongkar habis bagian atapnya. Rayap yang jadi biang.

Gara-gara rayap pula, kami harus membuat pengeluaran ekstra. Sejak Senin 19 Juni 2006 ini, kami mengundang tukang langganan. Namanya Ahmadi. Ia tinggal persis di belakang rumah. Mas Madi, demikian saya menyapanya, diminta tolong untuk mengganti kayu-kayu di atas plafon yang hampir rubuh dimakan rayap.Dari luar, kayu itu kelihatan masih utuh. Tapi begitu diketuk-ketuk, bunyinya seperti kentongan. Kosong.

Sebagian besar badan kayu sudah dilahap sang rayap.Semula Pak Madi mengusulkan menggunakan kayu kecapi. ‘’Rasanya pahit Pak. Rayap tidak mau makan,’’ katanya. Kayu kecapi banyak dijumpai di daerah Pondokgede. Orang-orang di sekitar saya menyebutnya sebagai kayu kampung. Tapi kemudian Pak Madi lapor, kayu kecapi susah dicari. Akhirnya digunakan kayu biasa. Tinggal sekarang saya berpikir keras bagaimana menanggulangi sang rayap.
********

Rayap, si pengengat nan kecil dan putih ini, gerakannya sungguh dahsyat. Dengan lihainya menembus ruang kerja Presiden, tempat tinggalnya, menyelinap barisan Pasukan Pengamanan Presiden yang berjaga di sana siang-malam. Tahu-tahu gerombolan putih itu kini ditengarai telah bermarkas di plafon ruang kerja Presiden, mengintai setiap lembar rahasia negara dan pekerjaan Presiden dari hari ke hari.
''Saya sempat diundang ke Istana Merdeka untuk memastikan benar tidaknya Istana diserang koloni rayap. Benar saja, yang utuh dari plafon ruang kerja Presiden tinggal kerangka alumuniumnya saja,'' kata Surjono Surjokusumo, seorang profesor dan ahli rayap dari Institut Pertanian Bogor (IPB), sebagaimana dimuat Tempointeraktif.com.

Menurut pengamatan Surjono, yang kala itu diundang bersama koleganya sesama ahli rayap, Rudolf Christian Tarumingkeng, plafon tersebut sangat rawan jatuh menimpa siapa yang ada di bawahnya setiap waktu. Padahal, selain dipergunakan untuk mengurusi masalah kenegaraan sehari-hari, di ruang itu pula Presiden Yudhoyono biasa menerima tamu negara. Bisa dibayangkan, misalnya, betapa akan menjadi perhatian dunia, bila atap itu jatuh menimpa seorang kepala negara sahabat di tengah kunjungan resminya. Alih-alih menutup setiap lubang yang memungkinkan teroris mengambil kesempatan mengacau, ujung-ujungnya Paspampres justru rawan dipermalukan rayap.

Tampaknya pertimbangan itulah yang membuat Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, tanggap mengambil prakarsa. Istana Merdeka, menurut Djoko Selasa (28/3) lalu, dinyatakan akan dirombak. Djoko mengatakan, bangunan Istana Negara yang terletak di Jalan Veteran, Jakarta Pusat, akan mengalami perombakan, karena akan dijadikan tempat tinggal sementara Presiden Yudhoyono. ''Perombakan Istana Negara itu kita jadwalkan selesai dalam tempo satu bulan,'' kata Djoko, saat itu.

Perombakan Istana Negara itu sendiri, kata Djoko, akan diikuti dengan perombakan Istana Merdeka, yakni kediaman resmi Presiden dan keluarga saat ini. Ada pun perbaikan Istana Merdeka, menurut Djoko diperkirakan akan memakan waktu sekitar tujuh bulan. Namun saat itu Djoko belum merinci berapa besar biaya yang diperlukan untuk merenovasi Istana Negara dan Istana Merdeka itu. Djoko hanya mengungkapkan, perombakan itu diperlukan karena kondisi kedua gedung tersebut dinilai sudah sangat membahayakan untuk ditinggali Kepala Negara. Perlu Anda ketahui, untuk mengatasi rayap di Istana Presiden itu, pemerintah menganggarkan Rp 6 milyar. Wuhhhh.
******
Sang rayap pun kini telah naik kelas. Ia menjadi persoalan negara. Dan ternyata, ia juga telah menjadi persoalan sehari-hari kota besar seperti Jakarta, termasuk keluarga kami, yang tinggal 200 meteri di sebelah timur perbatasan Jakarta-Bekasi. Surjono mengatakan, sejak 1983, tim rayap IPB telah melakukan penelitian intensif.

Hasilnya, mereka menemukan perkembangan luar biasa mengenai serangga perusak tersebut. Menurut Surjono, bila dulu rayap hanya doyan menyerang rumah-rumah di sekitar daerah pertanian dan perkebunan, kini serangga yang memiliki gigi pengerat itu sudah terbiasa menyerang bangunan-bangunan pencakar langit dan gedung pusat perbelanjaan megah.

Surjono menunjuk gedung-gedung megah seperti Plaza Gajah Mada, Apartemen Semanggi dan Taman Rasuna Said, juga potensial digarap rayap. Bukan hanya itu. ''Lebih dari 50 persen gedung bertingkat di Jakarta kini telah terserang rayap,'' kata Surjono. Menurutnya, serangan rayap pada bangunan bertingkat menarik untuk dicermati, karena berkaitan dengan kemampuan serangga dari marga Isoptera itu menembus penghalang fisik yang ada. ''Coba lihat,'' kata Surjono, ''Padahal bangunan bertingkat umumnya memiliki struktur yang sangat kokoh.

Struktur bawah bangunan bahkan umumnya beton bertulang yang secara konstruksi mustahil dapat dilalui rayap.'' Pada bangunan bertingkat tinggi, rayap biasanya menyerang bagian ornamen bangunan atau interior ruangan, dari furnitur, dokumen yang disimpan sembarangan, hingga wallpaper, dan gipsum. Pernyataan Surjono dikuatkan koleganya, Rudolf Tarumingkeng.

Rudolf bahkan memberikan analogi. Sebagaimana halnya manusia yang cenderung ingin mencoba berbagai menu yang tersedia, rayap pun seolah mengikuti perkembangan zaman. ''Mereka mungkin ingin tahu berbagai 'makanan' baru selain serat kayu,'' kata dia. Karena itu, jangan heran bila gipsum pun mereka lahap. Kerugian yang ditimbulkan rayap bisa dikira-kira dengan merujuk prakiraan yang diungkap ahli rayap lainnya, DR Dodi Nandika. Menurut guru besar IPB itu, saat ini ada sekitar 200 jenis rayap yang hidup di Indonesia. ''Lima persen atau sekitar 10 jenis di antaranya menjadi musuh manusia,'' kata Dodi.

Jumlah rayap yang mendiami suatu wilayah mungkin bisa membuat kita ngeri. Betapa tidak, bila jumlah makhluk yang diduga telah hidup lebih dari 200 juta tahun lalu lebih tua dari manusia pertama itu, bisa mencapai jutaan untuk sebuah koloni. ''Penelitian kami, untuk luas wilayah 295 meter persegi saja, populasi rayap di Jakarta bisa mencapai 1,7 juta ekor. Sedang jarak jelajah maksimal mereka 118 meter,'' kata Dodi.

Lebih lanjut Dodi mengatakan, dengan berat tubuh sekitar 2,5 miligram per ekor, seekor rayap memerlukan makanan sekitar 0,24 miligram setiap hari. ''Hitung saja, berapa kilogram kayu yang diperlukan satu koloni rayap di Jakarta setiap hari,'' kata Dodi. Ia sendiri menaksir, pada 1998 saja, kerugian akibat rayap hanya untuk bangunan rumah tinggal mencapai Rp 1,6 triliun. ''Itu pun yang dihitung hanya kayu. Belum termasuk tenaga kerja dan ongkos pengganti kerusakan yang timbul,'' kata Dodi. Jadi, kira-kira berapa juta musuh yang hinga kini masih bermarkas di atas ruang kerja Presiden itu, ya?
*******


Jelas sudah, rayap tak boleh diremehkan. Kata Pak Dodi, Guru Besar IPB yang kini Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan itu, serangga kecil ini sanggup menciptakan kerugian triliunan rupiah. Untuk rumah kami saja, dalam enam bulan ini kami sudah dua kali membongkar plafon. Lebih dari Rp 20 juta kami habiskan. Enam bulan lalu bagian belakang. Kini bagian depan dan samping kanan.

Pak Dodi Nandika kepada Rudi Setiadi, wartawan koran Pikiran Rakyat mengatakan, kerugian akibat ulah rayap pada bangunan rumah tinggal mencapai Rp 1,6 triliun pada 1998. Pada skala lebih kecil rayap juga pernah menyerang kawasan elite Pondok Indah dan Bintaro, Jakarta, dengan kerugian ditaksir mencapai Rp 100 miliar (1982) dan Rp 300 miliar (1990).

Melalui riset selama empat tahun, Prof. Dr. Ir. H. Dodi Nandika menawarkan cara baru membasmi rayap yang menggerogoti struktur bangunan rumah atau gedung. Dengan memasang umpan "racun lambat", koloni rayap dapat dibasmi sampai ke anak cucunya. Teknologi berbasis sistem pemantauan ini telah dipasarkan di berbagai negara sejak 2001. Sebuah perusahaan di AS bertindak sebagai pabrikan dan pemasar.Rayap yang hidup dalam koloni ini ditengarai mempunyai daya rusak dahsyat. Dengan 60.000 pekerjaannya, satu koloni rayap mampu melahap habis kayu pinus seukuran 2X4 cm sepanjang 40 cm dalam kurun waktu 118-157 hari.

Atas dasar kenyataan itu, struktur bangunan gedung akan runtuh dalam rentang waktu 3-8 tahun. Hasil survei di kawasan pemukiman menunjukkan, sekira 70% rumah di Jakarta, Surabaya, Bandung dan Batam terserang rayap.Mengalihkan sasaranDi alam bebas, rayap sebenarnya memiliki tugas mulia, menguraikan dan menghancurkan bahan alami yang mati.

Bonggol kayu, ranting dan dedaunan dihancurkan untuk memulihkan kesuburan tanah. Masalahnya menjadi lain manakala wilayah perkebunan, pertanian, dan hutan rakyat berubah wajah menjadi perumahan baru untuk pemukiman penduduk kota. Rayap yang kelaparan pun mengalihkan buruannya pada kayu penopang struktur bangunan.Apalagi daerah tropika memang tempat hidup rayap.

Binatang pemakan selulosa ini betah hidup di tempat bersuhu hangat. Selain itu kondisi fisik lingkungan seperti iklim, kelembaban, serta karakteristik tanah pun rupanya sangat mendukung penyebarannya.Habitat yang disukai rayap tanah adalah pada kisaran suhu 21,1-26,6 oC dengan kelembaban optimal 95-98%. Sementara suhu udara di Indonesia umumnya antara 25,7-28,9 oC dengan kelembaban 84-98%.

Dengan parameter itu, diperkirakan 80%-85% daratan Indonesia menjadi surga bagi rayap.Perkiraan itu tak dipungkiri hasil riset. Sampai tahun 1970, sudah ditemukan kurang lebih 200 jenis rayap di Indonesia. Dari jumlah itu, 9-15 jenis diidentifikasi menyerang kayu dan bangunan. Beberapa jenis ditemukan di wilayah DKI Jakarta. Misalnya, Microtermes inspiratus, M. incertoides, Macrotermes gilvus, dan sebagainya. Di Surabaya banyak dijumpai spesies Coptotermes sp, Macrotermes gilvus, Microtermes inspiratus, dan sebagainya.

Sementara Cryptotermes cynocephalus, Microtermes inspiratus, Odontotermes sundaicus, dan sebagainya merupakan spesies rayap perusak bangunan di Kotamadya Bandung.Untuk mencapai sasaran (apapun yang mengandung serat kayu dan selulosa), rayap dapat menyusup lewat terowongan atau liang-liang kembara yang dibuatnya. Rayap subteran (bersarang dalam tanah tetapi mencari makan sampai jauh di atas permukaan tanah) mutlak perlu keadaan lembap.

Hal ini menerangkan mengapa kadang-kadang hanya dalam semalam rayap Macrotermes dan Odontermes mampu menginvasi lemari buku di rumah atau di kantor jika fondasi bangunan tidak diberi antirayap.Bahkan pasukan rayap Coptotermes bisa mencapai sasaran dengan cara menembus tembok setebal beberapa sentimeter, menghancurkan plastik, kabel dan pengalang fisik lainnnya. Apapun konstruksi bangunannya (slab, basement atau crawl space) bisa ditembus!

Mereka juga dapat membuat lubang pada fondasi, terus ke atas hingga kuda-kuda. Sekali mampu mencapai sasaran, bala tentara pelahap kayu itu akan memperluas serangannya ke bagian yang tinggi dengan membuat sarang-sarang antara di dalam bangunan.AntirayapBanyak upaya untuk menghentikan sepak terjangnya, antara lain, dengan menggunakan pestisida antirayap. Racun kimia itu diaplikasikan melalui tanah maupun pengawetan kayu. Pestisida antirayap disuntikkan ke dalam tanah dan sekeliling bangunan untuk membentuk pengalang kimia, sehingga mencegah koloni rayap di dalam tanah bergerak memangsa kayu.

Dalam praktiknya cara ini bisa dilakukan sebelum masa konstruksi atau sesudahnya. Namun cara ini dianggap kurang aman dan tidak ramah lingkungan.Beberapa lembaga penelitian di dunia kemudian mengembangkan antirayap nonkimiawi sebagai pengalang fisik. Pasir , kerikil, perlit, granit, basalt (batuan beku), dan stainless steel mesh pada ukuran tertentu dapat digunakan. Hasil riset menunjukkan, partikel pasir berukuran 2,0 - 2,8 mm efektif menghambat penetrasi rayap tanah Reticulitermes dan Coptotermes pada bangunan gedung di AS.


Butiran-butiran basalt berukuran 1,7-2,4 mm pun telah diujicobakan penggunaannya di Hawai. Bahkan pengalang fisik ini kemudian dipasarkan dengan nama Basaltic Termite Barrier. Perusahaan di Australia memanfaatkan granit yang dipasarkan dengan nama Granitguard.Berdasarkan riset di Laboratorium Biologi Hasil Hutan Pusat Studi Ilmu Hayati IPB, kerikil tidak cukup ampuh menahan penetrasi rayap tanah C. curvignathus. Penelitian yang sama juga dilakukan dengan menggunakan partikel perlit 1,4-1,7 mm memiliki keandalan tinggi untuk menahan penetrasi C. curvignathus.

Sedangkan di Australia dikembangkan pengalang fisik lain menggunakan jaring stainless steel yang ditempatkan di bawah bangunan baru. Modifikasi pengalang fisik juga tengah diujicobakan di Jepang dengan mencampurkan pestisida antirayap pada polimer sintesis. Lapisan polimer itu diletakkan di bawah bangunan gedung dan pada bagian atasnya ditutupi lapisan tanah untuk mencegah penetrasi rayap. Menurut Dodi Nandika, penanggulangan rayap itu sifatnya hanya sementara.

Keandalannya hanya berlangsung selama zat pengalang masih ada. Sejalan dengan menyusutnya konsentrasi zat, keampuhannya menurun. Rayap akan kembali begitu zat habis sama sekali. Di sisi lain pestisida dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, seperti mencemari air sumur, atau mematikan jenis cacing. Di Florida, AS, keandalan umpan rayap diujicobakan terhadap rayap Reticulitermes flavipes dan Coptotermes formosanus. Dengan 4-1.500 mg bahan umpan populasi rayap tanah berkurang 90-100% dari satu koloni rayap 0,17-2,8 juta ekor.Dengan metode ini rayap dipancing untuk memangsa umpan yang sudah diberi insektisida.

Dengan memanfaatkan sifat rayap yang saling menyuapi temannya, rayap yang memakan umpan masih sempat kembali ke sarang dan "menyebarkan" racun yang bekerja lambat itu kepada anggota koloninya. Teknologi ini dikembangkan bersama dengan para peneliti dari berbagai negara. Dodi Nandika bertugas meneliti formula enzim penghambat pembentukan kulit dan menemukan bahan yang disukai rayap. Ongkos pemberantasan rayap dengan metode ini relatif mahal, berkisar 15 dolar AS/m.

Artinya, bila keliling rumah 100 m, maka uang jasa yang mesti dibayar sebesar 1.500 dolar AS atau setara Rp. 13,5 juta. Teknik ini menjanjikan beberapa keuntungan. Lebih ramah lingkungan, tidak beracun, tidak berbau. Sasarannya spesifik dan penerapannya mudah. Mampu mengeliminasi koloni rayap secara total.Kayu pendeteksiSejumlah perusahaan telah ditunjuk untuk melayani pengguna jasa pemberantasan rayap. Juga termasuk Lab. Biologi Hasil Hutan Pusat Studi Ilmu Hayati IPB.

Pertama-tama petugas dari institusi itu mendeteksi serangan dan keberadaan rayap di sekitar rumah atau bangunan. Caranya, dengan memasang potongan-potongan kayu pinus ukuran 2X4 cm sepanjang kira-kira 20 cm. Masing-masing potongan dimasukkan ke dalam wadah plastik berbentuk silinder yang sekelilingnya berlubang-lubang. Silinder plastik berisi kayu itu lantas ditanam di dalam tanah di sekeliling rumah pada jarak tertentu.Rayap di dalam rumah dideteksi dengan memasang kayu dalam wadah khusus berbentuk kotak sabun yang dilubangi. Direkatkan pada tembok rumah.

Kayu pinus dipilih karena, dari hasil penelitian terbukti kayu pinus paling disukai rayap. Dengan keampuhannya membau, rayap akan mendekati sumber makanan yang mereka anggap lezat.Dari puluhan kayu pendeteksi itu, bisa semuanya atau hanya beberapa yang disantap rayap. Tergantung bentuk koloninya. Kalau koloni rayap menyebar, kemungkinan rayap mendatangi semuanya. Sementara bentuk koloni memanjang cenderung memangsa beberapa kayu pendeteksi.Lamanya waktu kedatangan rayap ditentukan jarak ke sarang koloni.

Bila koloni rayap dekat dengan posisi kayu pendeteksi akan dimangsa. Sebaliknya, kalau koloninya jauh, barangkali kayu pendeteksi baru didatangi setelah tiga minggu. Begitu keberadaan rayap terdeteksi, kayu pendeteksi tadi diganti dengan umpan sesungguhnya berupa kertas atau tisu yang sudah diberi "racun" antikitinase. Pemantauan umpan dilakukan setiap beberapa hari.

Setiap kali umpan habis dilahap rayap, dipasang umpan baru. Bila sebagian umpan tidak dimakan, berarti baru sebagian koloni yang mati. Langkah ini diulang lagi sampai tak ada lagi rayap yang memangsanya. Begitu aktivitas makan rayap pada semua umpan berhenti, berakhir pula proses itu. "Kalau aktivitas memangsa berhenti selama dua bulan, koloni rayap telah habis," kata Prof. Dodi.

Sebuah koloni rayap bisa mencapai luasan 800 m2. Sementara pada umur puncaknya, satu koloni rayap terganas bisa beranggotakan empat juta ekor. Dengan konsumsi 0,25 mg selulosa/ekor/hari, pasukan rayap sebanyak itu sanggup menghabiskan bangunan rumah dalam beberapa saat saja. Sungguh mengerikan!
****

Dua tahun lalu, puluhan buku kami hancur dibabat rayap. Kami tidak tahu, rak buku dari pinus ternyata makanan yang amat digemari sang rayap.

Kali ini kami harus mengganti sebagian kayu kaso, kuda-kuda, serta papan yang lumat dihajar rayap. Tapi, ini hanya mengganti. Karena yang kami butuhkan lebih dari itu. Kami harus menghajar si rayap, langsung di markasnya.

Masak sih kita sampai kalah dibobol rayap? Tentu kami tak ingin sampai habis Rp 6 milyar untuk membabat si kecil itu. Memangnya kami punya duit sebegitu banyak?

Monday, June 19, 2006

Ultah 3: Takut Barney


Kata Darrel kalo nonton kartun di sore hari, ‘’Saya ingin nonton dinosaurus…’’
Dinosaurus, dalam bahasa dia diucapkan sebagai di-no-u-yus- adalah salah satu karakter yang muncul dalam serial kartun ‘’Barney’’. Ia binatang yang lucu, pintar, suka menolong, dan gemar membantu orang tua memintarkan anaknya.

Barney memang lucu lo, kalo di televisi. Ia bisa menyanyi, melucu, bahkan mengajari matematika. Pokoknya jangan bayangkan si barney ini seperti dinosaurus, binatang repitilia raksasa yang hidup di dahulu kala.

Barney hadir di televisi sejak 10 tahun lalu, di layar Stasiun PBS, Amerika Serikat. Kalau om, tante, eyang, dan opung masuk ke situs www.barney.com, akan ketemu bahwa Barney kini bukan sekadar tontonan kartun. Ia sudah menjelma menjadi pelajaran bagi anak-anak. Kita bisa memperoleh panduan pelajaran, tayangan video, hingga naskahnya. Tentu, semuanya dengan membayar.

*****
‘’Saya sudah pesan karakter Barney,’’ kata mommy, tiga hari sebelum pesta ulang tahun Darrel berlangsung.

Karakter, ini adalah bahasa lain untuk badut.
Kalo kita mengadakan pesta ulang tahun, kita bisa memesan badut komedian, barney, tweenies, atau kelinci.
‘’Kenapa pesan dinosaurus?’’ tanya ayah.
‘’Darrel yang minta.’’
Sehari sebelum pesta ulang tahun, Darrel menonton Barney. Wuh.., ia seneng sekali.
*****
Pesta ulang tahun pun dimulai. Anak-anak berkumpul di depan.
Dari depan, datanglah sosok yang ditunggu-tunggu. Warnanya ungu. Punya ekor. Ia adalah Barney.
Anak-anak tertawa, sebagian menggoda Barney.
Lalu, kakak pembawa acara bertanya, ‘’Barney lucu kan. Ada yang takut Barney?’’
Lah, kok Darrel yang tunjuk jari. Ia malah menangis, minta digendong mommy.
‘’Ini lucu kok. Tidak perlu taku…’’
Tapi Darrel makin erat memeluk mommynya.

‘’Coba, Barney, ayo tunjukkan kamu ini sebenarnya siapa…’’
Si Barney kemudian mengangkat kepala dinosaurusnya. Tampak om yang masih muda, dan ramah. Tapi Darrel tetap saja takut.
Padahal Darrel yang punya hajat je. Si Barney pun disuruh masuk kembali.
******
‘’Wah, enak tuh si Barney, keluar nggak sampe lima menit, honor utuh…’’ kata Mommy.
Hehe…

Friday, June 16, 2006

Ultah 2: om, opung, tetangga, dan teman




Resminya, ultah Darrel dimulai jam 11, dan berakhir jam 13. Tapi, di hari Sabtu, banyak undangan. Mungkin saja sebelum datang ke acara Darrel, para tamu mampir ke undangan lain. Sehingga acara yang harusnya dimulai jam 11, molor menjadi jam 12. Syukur saja, ketika acara dimulai, tempatnya lumayan penuh.

Ada Om Oman, kawan ayah dan mommy waktu umrah. Ia datang bersama istri, juga dua puteranya, Fajri dan Alan. Om Imam Baskoro yang semula mau datang, ternyata berhalangan. Ia harus menemani pelanggannya ke Balaraja, Tangerang. Om Imam adalah kawan mommy waktu di Panji Masyarakat. Ia sekarang bisnis kapal.

Opung Usman Nasution juga datang. Opung Usman adalah adik ipar Opung Zulkifli Lubis. Ia suami dari adik Opung yang paling kecil, namanya Tante Taing. Dulu Opung Usman tinggal di Medan. Setelah sukses berkarir di politik, Om Usman pindah ke Jakarta. Kini ia tinggal di Pondokgede, sekitar 5 Kilometer dari rumah Opung. Keluarga Pondok Indah juga datang, komplet.

Tetangga yang diundang, alhamdulillah, semua datang. Krisna dan ibunya, Pasha dan ayah-ibunya, Iqbal dengan orangtuanya, juga Owen dengan papa-mamanya, hadir, sampai acara selesai.
Kawan ayah di kantor baru, yang diundang, datang semua. Kawan mommy lebih banyak lagi. Ada kawan kantor, kawan ATVSI, kawan kuliah, yang masing-masing membawa putra-putrinya. Pokoknya, acara meriah.
*****
Sekitar dua bulan lalu, di hari Minggu, mommy, ayah, darrel, dan mbak mur, pergi ke Pasar Tanahabang Blok A. Tujuannya untuk mencari handuk, yang akan dibentuk menjadi kelinci.


Mengubah sepotong handuk menjadi kelinci bukan hal sulit, bagi mbak Mur. Ia pernah belajar di Tante Benny, temannya eyang di Yogya, sewaktu tahun lalu diajak mommy. Sebetulnya ia bukan hanya belajar membuat kelinci. Lipatan kambing, ayam, juga ia pelajari. Hanya saja, kalo pas ultah begini, enak memberi souvenir kelinci. Kesannya lucu dan imut.

Menjelang jam 13-an, mommy ke meja penerima tamu. Ia memasukkan kelinci itu ke dalam tas, dan memberikannya kepada tamu yang mau pulang.
‘’Bagus lo, kelincinya… ada yang minta warna pink, warna merah…’’ kata mommy.

Lebih dari sebulan mbak Mur membuat souvenir itu. Mula-mula, ia sekadar membentuknya menjadi kelinci. Setelah itu ia menambahi mata dan pita. Seminggu sebelum acara, mommy membeli keranjang di Pasar Cikini, untuk wadah kelinci. Boneka yang dimasukkan keranjang itu kemudian dibungkus plastik. Pokoknya si kelinci enak dilihat, dijamin tidak menggigit, dan nyaman dipasang di kamar.

****
Darrel meniup lilin. Di sampingnya ada ayah, mommy, opung, Opung Usman, Tamte Taing, dan Om Andi. Lilinnya hanya satu, dibentuk menjadi angka 3. Lilin itu diletakkan di atas kue. Susah payah Darrel meniupnya. Untung berhasil.

Tiga tahun lalu, Darrel masih 3,2 kilogram, dengan panjang 52 cm. Sekarang ia sudah 117 cm, dengan berat 26 kgr. Berat ya?

Doakan ya, Darrel menjadi anak saleh, sehat, serta sukses dalam karirnya.

Ulang Tahun (1)




Pada 5 Juni ini, Mohamad Darrel Cetta Askara berulang tahun ke-3. Tapi itu jatuh pada hari Senin. Tidak baik untuk kumpul-kumpul. Pertama, gempa baru seminggu berlalu di Yogya. Kedua, itu hari puasa, tidak bagus kalo membatalkan ibadah untuk merayakan pesta ulang tahun. Ketiga, itu hari kerja.

Maka, perayaan ulang tahun pun dipindahkan ke tanggal 11 Juni, enam hari terlambat dari jadwal seharusnya.

Mommy mengirim sms ke kawan-kawannya. ‘’Pada 5 Juni ini, anak kami, Mohamad Darrel Cetta Askara berulangtahun ke-3. Untuk mensyukuri nikmat Allah, kami mengundang rekan-rekan untuk merayakannya di restoran marche movenpick, samping hotel grand melia, pada Sabtu 10 Juni, jam 11-13. Tidak usah pusing dengan kado. Kalopun ada, silakan bawa buku (baru atau bekas), untuk disumbangkan ke korban gempa. Iwan & Uni’’.

*****
Mommy sengaja memilih pesta ulangtahunnya di luar. Biar tidak begitu capek. Tempatnya juga di tengah kota, dan sudah diketahui umum, sehingga tidak menyulitkan undangan untuk mencari lokasi.

Sehari sebelum acara berlangsung, mommy sudah mengangkut barang-barang ke Marche. Ia membawa boneka kelinci dari kain yang dipakai sebagai souvenir. Kelinci itu dibuat Mbak Mur, hasil dari kursusnya sewaktu di Yogya.
Soal kelinci ini akan ditulis dalam cerita berikutnya saja.
*****
Ulangtahun Darrel pertama dirayakan di halaman belakang rumah. Di pendopo, yang sampai sekarang masih berdiri dengan kokoh. Waktu itu, mbak Minah sudah bekerja sekitar setahun. Sedang mbak Mur baru mulai. Sekarang Darrel ulang tahun ketiga. Berarti dua mbak-nya Darrel itu paling tidak sudah dua tahun tinggal di Permata Timur.


Om Andi ikut sibuk merayakan ultah Darrel. Sehari sebelumnya, mommy menelponnya, minta tolong untuk mengambil titipan brondong jagung (bahasa gagahnya pop corn) di Carrefour. Maka, pada Sabtu pagi, om Andi harus berangkat, meninggalkan rumahnya di Villa Nusa Indah. Ia naik mobil, mengambil brondong.

Brondong itu kemudian dibagikan bersama boneka kelinci, untuk souvenir tamu-tamu yang datang.

Thursday, June 15, 2006

Meliput Gempa


Mommy Uni Lubis mengabari bahwa dia harus ke Yogya untuk meliput gempa, pada Sabtu jam 11, tanggal 27 Mei.
‘’Saya satu rombongan dengan Pak Ical. Ayah gabung saja di situ,’’ katanya.
Pak Ical adalah nama panggilan bagi Aburizal Bakrie, Menko Kesra yang juga pemilik Kelompok Bakrie.
Pesanan tiket Adam Air pun saya batalkan.
Dengan pesawat Transwisata yang disewa Pak Menko, kami terbang menuju Solo, pada 27 Mei itu. Bandara Adisucipto hari itu ditutup rapat, karena landas pacu retak. Sistem komputer mati, menara ambruk.
Dari bandara Adisumarmo, Solo, kami mampir dulu ke rumah sakit di Tegalyoso, Klaten. Wuah, di sepanjang koridor isinya pasien bergeletakan. Di jalan, di halaman, di aula, isinya pasien.

‘’Duh, lihat tuh… kasihan banget,’’ kata mommy.
Ia asyik bergerak ke sana ke mari, merekam omongan dokter, perawat, menko kesra, juga pasien.
Di koridor rumah sakit, ia berhenti sejenak, melihat seorang ibu yang berjalan dengan amat sulitnya. Di sebelahnya seorang perawat membantu mengangkat botol infus.
Klaten memang termasuk daerah yang parah. Sesar yang memanjang dari ujung Kali Opak ke arah Prambanan, membuat wilayah Klaten dan sekitarnya ikut kesundul, ketika bumi di bawahnya bergoyang.
Duh… Betapa kecilnya kita, ketika Tuhan menunjukkan kuasanya.