Search This Blog

Monday, February 11, 2008

Ski Dubai

DI negeri yang punya duit, musim pun bisa diangkut. Uni Emirat Arab dulu dikenal sebagai negeri gurun. Sampai kini juga demikian. Tapi dengan kemajuan teknologi, dan kemampuan memutar duit, salju pun bisa dimainkan. Di mal The Emirates, mall terbesar di Dubai, bahkan diklaim sebagai mal terbesar di dunia, ada tempat permainan salju.

Lihat foto di atas. Ada gambar Darrel bersama Tante Uti di tengah kereta gantung, yang lagi tak mengayun. Suhunya minus 5 derajat celcius. Dingin sekali. Karena itu kami harus memakai baju rangkap. Berangkap-rangkap. Itu pun masih terasa amat dingin.
Kalo di foto atas Tante ''Agustina Lubis'' Uti tampak tersenyum, sebetulnya ia tengah mengampet dingin. Badan menggigil. Wuihhh... Tapi saya jamin, suasana lebih bagus ketimbang Ice World yang pernah diputar di Bandung Supermall maupun di Mal Artha Gading. Di kedua tempat itu, Ice World hanya merupakan kumpulan es batu. Ada es batu yang dibentuk jadi patung kuda, patung burung. Kalo di Dubai, memang ada salju beneran.


Tarif masuknya cukup lumayan. 75 dirham per orang, alias sekitar Rp 200.000. Ini kalo kita mau cuma ikut yang salju di pelataran pendek. Kalo mau ikut yang lengkap, kita membayar 200 dirham, sedikit di atas Rp 500.000. Kalo ikut paket yang terakhir ini, kita akan ikut ski, meluncur dari atas, plus sedikit kursus.

Kalo Anda cuma punya waktu sempit, misalnya cuma tiga jam, saya menyarankan ikut yang 75 dirham saja. Lain halnya kalo Anda mau seharian di dalam salju. Asal, waspada saja: bisa-bisa badan mendingin jadi beku....
Posted by Picasa

Saturday, February 02, 2008

Bintang Tujuh Burj Al Arab

THE Burj Al Arab –bahasa Indonesia-nya bermakna ‘’Menara Arab’’ merupakan sebuah hotel di Dubai, Uni Emirat Arab. Kalau Anda datang ke Dubai, dan mengikuti tour keliling kota, Burj Al Arab menjadi salah satu bangunan yang diunggul-unggulkan oleh pemandu. ‘’Inilah pencakar langit tertinggi di Dubai. Tingginya 321 meter. Orang menyebutnya bukan hotel bintang lima, tapi bintang tujuh....’’
Bintang tujuh? Ini pengibaratan dari kalimat ‘’bintangnya tak terhingga’’. Ingat kan, bilangan tujuh merupakan angka yang cukup keramat. Pabrik jamu yang cukup terkenal di Indonesia, namanya Bintang Toedjoeh –malah sekarang pake embel-embel: Dari Bintang Toedjoeh yang Terpercaya... Tentara Indonesia punya sumpah bernama Sapta Marga. Adapun Nabi Muhammad, ketika Isra’ Mi’raj, bertemu Tuhan di Arsy, yang diyakini berada di langit ketujuh.
Si bintang tujuh Burj Al Arab ini cukup luar biasa. Untuk memasukinya, Anda hrus menembus penjagaan sampai tiga lapis—entah kenapa tidak tujuh lapis ya? Ia dibangun di tepi pantai, namanya Pantai Jumeirah. Karena itu grup pengelolanya disebut ‘’Group of Jumeirah’’, yang dimiliki Said Khalil, penguasa Dubai sekarang. Ia juga tidak berdiri di daratan asli, melainkan di pulau buatan sekitar 280 meter dari pantai.
Pokoknya serba luar biasa. Kalau Anda ingin menginap, gambaran tarifnya bisa saya sampaikan berikut ini.

Kamarnya paling kecil luasnya 169 meter persegi. Tarifnya Cuma $1.000 per malam. Makin luas kamarnya, ya makin mahal. Suite biasa paling mahal ongkosnya $15.000. Sedang Royal Suite –karena negara kerajaan, kalo di Indonesia disebutnya Presidential Suite—sampai $28.000 per malam. Duit sebesar itu kira-kira sama dengan Rp 260 juta, alias 260 bulan gaji pensiun seorang guru di Indonesia.
Meski demikian, Royal Suites itu selalu terisi –demikian kata pemandu kami, yang asalnya dari Pakistan. Ia bilang, ada pengusaha dari Rusia yang sudah tinggal di situ selama tiga tahun berturut-turut. Wah, tiga tahun!!! Kenapa ya tidak beli rumah sendiri?

Ada tempat mendarat helikopter, di bangunan atas. Bentuknya lingkaran. Di situ, Roger Federer dan Andre Agassi pernah bermain tennis, pada Februari 2005. Sebelumnya, pada Februari 2004, jawara golf Tiger Woods main tennis di situ.

Lapangan tennis dan lapangan golf-nya tidak diberi jaring penahan bola. Kalau bolanya kelewat jauh, ya si bola nyemplung ke laut.

Hehehehe... main tennis dan golf kok di ketinggian 211 meter ya?

Burj Al Arab dibangun pada 1994. Bentuknya mencerminkan layar ‘’dhow’’, ini kapal tradisional Arab. Arsitek yang merancang bernama Tom Wright, dari konsultan Atkins, kantor konsultan paling besar di Inggris. Adapun kontraktor sipilnya adalah Murray & Robert, dari Afrika Selatan. Biaya pembangunannya $650 juta. ‘’Klien kami menginginkan bentuk bangunan yang bisa menjadi simbol kenegaraan Dubai. Ini mirip dengan Opera House di Sydney, atau Menara Eiffel di Paris. Kami ingin bangunan ini menjadi identitas Dubai,’’ kata Tom Wright.



Saya bisa bercerita lumayan detail mengenai Burj al Arab karena riset. Bukan karena menginap di situ. Boro-boro nginap, menginjak halamannya saja tidak bisa. Karena itu, di tengah hujan rintik-rintik, kami berhenti. Berfoto sebentar. Jepret. Di paling depan itu adalah Darrel. Ia merangkul Naila.

Di belakangnya adalah Mommy Uni, Tante ''Uti'' Agustina, Eyang Puteri Yogya, Eyang Kakung Yogya, dan Ayah Iwan.

Ini foto-foto yang penting, mengingat sebentar lagi Burj al Arab akan tergusur oleh gedung lain yang lebih tinggi. Namanya Burj al Dunai