Search This Blog

Wednesday, October 29, 2008

Berkunjung ke Masjid Kubah Mas

Selama tiga hari, 25-27 Oktober 2008, Bapak Muhammad Syarief dan Ibu Siti Asiyam berkunjung ke rumah kami. Mereka berdua adalah eyang dari Darrel. Selama ini beliau tinggal di Yogyakarta, di Suryodiningratan, di sebuah rumah yang ditempati sejak 1973.
Beliau ke Jakarta karena di rumah kami, di Permata Timur, pada 26 Oktober dilangsungkan pertemuan syawalan trah Kaligawe.
Kaligawe adalah sebuah desa di Klaten, Jawa Tengah, tempat asal usul keluarga Pak M. Syarief. Bapak mempunyai tujuh saudara. Baik kakak maupun adiknya mempunyai anak dan cucu. Karena tempat tinggal saling berjauhan, plus kesibukan masing-masing, kami kurang mengenal dengan akrab. Kami pun mengadakan syawalan.


Untuk keperluan itulah Bapak dan Ibu rawuh ke Jakarta. Begitu sampai di Bandara Cengkareng, Bapak dan Ibu tidak langsung ke Permata Timur. Beliau ingin melihat keelokan Masjid Dian Al Mahri, yang lebih dikenal sebagai Masjid Kubah Mas, di desa Limo, Cinere, Depok. Karena jalanan macet, dari bandara kami butuh waktu 2,5 jam untuk sampai lokasi.

Masjidnya elok benar. Kubahnya emas --kabarnya emas beneran. Bangunan dalamnya lapang. Tiangnya tinggi dan besar. Gagah. Pintu dan taman didesain bagus, dan terawat. Pokoknya bangunannya pantas dipuji.
Kemegahan dan keelokan itu membuat Masjid Dian Al Mahri langsung ngetop, dan menjadi tempat wisata baru. Kehidupan ekonomi menggeliat. Dari tukang parkir, tukang foto, tukang jual makanan, semua mendapat rejeki. Tapi ada masalah lain: masuknya bis-bis besar membuat jalan kecil menuju masjid tidak kuat menyangga. Lobang pun bermunculan.
Kita berharap, dampak lingkungan akibat munculnya masjid nan elok ini dapat diselesaikan dengan cepat.
Insya Allah cerita soal kunjungan ke Masjid Kubah Mas akan kami lanjutkan di lain waktu.

Monday, October 13, 2008

LEBARAN DI ISTANA



LEBARAN 1429 H lalu kami sekeluarga ke Istana Negara. Acara ini kami lakukan setelah selesai sungkeman dengan Ompung, Eyang, serta bersalaman dengan tetangga dekat plus kerabat. Kami berbaur dengan banyak orang yang pada hari lebaran pertama itu, ingin bersalaman dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Bagi kami, bersilaturahmi dengan Presiden merupakan hal penting. Pertama, sebagai sesama muslim, bersilaturahmi ini wajib. 
Bila kita ingin bersilaturahmi dengan banyak orang dalam waktu singkat, datanglah ke Istana Negara. Pasti banyak orang berkumpul, yang banyak di antaranya kita sudah kenal. Jadi kita irit waktu dan tenaga. Tidak perlu mendatangi beliau satu demi satu. 

Lebih dari itu, bagi anak kami, Darrel, bersilaturahmi dengan Presiden, mendatangkan manfaat penting. Ia jadi berkenalan dengan lembaga negara. Ia tahu bahwa di Indonesia yang jadi boss adalah Presiden, bukan ''ayah'' dan ''mommy''-nya. 

Setelah menunggu selama hampir 30 menit, akhirnya kami bertiga bisa bersalaman dengan Presiden.

''Loh.. ini anaknya sudah besar. Siapa namanya?'' tanya Pak SBY

''Darrel..''

''Wah.. yang rajin belajar ya? Ayo... sekarang foto bersama..''

Jepret. Jepret. Jepret. Dua foto kami muatkan di website ini.

Seusai dari Istana, kami ke rumah Bu Megawati Soekarnoputri, penghuni istana sebelum Pak SBY. Bersalaman juga. Silaturahmi.
Dengan Bu Mega, Pak Taufiq Kiemas, dan Mbak Puan Maharani, kami mengenal cukup baik. Foto kunjungan ke kediaman Bu Mega saya postingkan di bawah ini.

Sepulang dari silaturahmi ke dua tokoh itu, kami mendapat pertanyaan sederhana dari Darrel, yang sampai sekarang susah menjelaskannya: mengapa Bu Mega diganti Pak SBY? pemilihan umum itu apa? kalau presiden itu bos di indonesia, apakah dia masih punya bos lagi?
Sungguh pertanyaan yang tidak mudah menjelaskannya, untuk anak 5 tahun.