Search This Blog

Thursday, February 23, 2012

Pesawat tanpa awak di Singapore Air Show





PEKAN lalu, kami berkunjung ke Singapura untuk melihat Singapore Air Show. Yang dimaksud kami adalah saya (Iwan), mommy Uni Lubis, dan Darrel Cetta. Setiap dua tahun, negeri tetangga itu memang menyelenggarakan pameran dirgantara yang cukup besar. Lebih dari 20 negara, termasuk Indonesia, berpartisipasi. Pengunjung yang datang cukup melimpah.
Dua tahun lalu kami menginap di Singapura sehari sebelumnya, dan keesokan paginya meluncur ke bandara Changi, tempat pameran berlangsung. Kali ini kami berangkat dari Jakarta. Kami naik Lion Air, berangkat jam 06.00, dan kembali dari Singapura jam 19.55, dengan harga tiket yang lebih murah daripada ke Yogya. Tidak perlu menginap lagi, cuma risikonya harus meninggalkan rumah jam 03.30 pagi, saat yang nyaman untuk tidur.
Bagi Anda yang belum pernah melihat Singapore Air Show, informasi ini mungkin cukup bermanfaat. Untuk bisa masuk ke lokasi pameran, Anda harus membeli tiket. Tiket bisa dibeli langsung menjelang pintu masuk pameran, harganya US$30 untuk dewasa, dan US$ 14 untuk anak-anak. Kalau kita membeli jauh hari sebelumnya, harganya US$ 20 untuk dewasa, dan US$ 8 untuk anak-anak.
Membeli tiketnya cukup mudah. Masuk saja ke website-nya Singapore Air Show (www.singaporeairshow.com). Di situ tersedia link untuk membeli tiket. Setelah membeli tiket, jangan lupa, itu baru tanda pemesanan. Selanjutnya Anda harus menukarkan tanda pemesanan itu ke agen Sistic di Indonesia, yaitu Smailing Tour. Ada dua lokasi penukaran, Smailing tour cabang Senayan City dan cabang Jalan Majapahit, Jakarta. Untuk menukarkan tiket, Anda masih kena ‘b iaya administrasi’ lagi. Untuk tiga tiket, saya membayar total Rp 90.000.
****

Dibanding dua tahun lalu, Singapore Air Show tahun ini terasa lebih senyap. Mungkin ini karena Eropa tengah limbung dihantam krisis ekonomi. Dua tahun lalu saya melihat pesawat helikopter cheenox, pesawat yang punya mulut ikan hiu, dan stand Boeing-Airbus yang lebih luas. Tahun ini cheenox tidak hadir. Pesawat bermulut ikan hiu tidak datang. Stand Boeing-Airbus terasa lebih kecil. Hari Minggu pagi, sekitar jam 10.00, kami masuk ke hall pameran. Hall terasa sepi. Baru siangnya, sekitar jam 13.00, rame.
Dari Indonesia ada dua stand yang saya temui. Yang pertama, Garuda Maintenance Facility, biasa disingkat GMF. Ini merupakan unit di bawah Garuda Indonesia yang bertugas memelihara pesawat. Dulunya GMF hanya untuk keperluan internal. Kini GMF sudah jadi raksasa sendiri. Maskapai Timur Tengah banyak yang jadi pelanggannya.
Yang kedua adalah Susi Air. Silakan masuk ke www.susiair.com untuk informasi lebih detail mengenai perusahaan penerbangan yang banyak meladeni daerah terpencil ini. Susi Air memamerkan pesawat Cessna Caravan (berpenumpang 13 + 2 pilot dan crew), dan Piagio Avanti, pesawat eksklusif berpenumpang tujuh orang.
Di tabloid Aviation Week yang kami dapatkan di lokasi pameran, kami membaca berita gembira. Yang jadi gambar utama adalah Susi Pudjiastuti, perempuan asli Pangandaran pemilik Susi Air. Ia akan menambah 16 pesawat baru, tahun ini. Wow!! Ia menyebut beberapa merk: Cessna Caravan, Pilatus Porter PC6, Dornier, Agusta, dan Citation Sovereign. Pokoknya mantep.
Semoga pembeliannya berlangsung sukses. Semoga makin menambah kesejahteraan.
*****
Dalam pandangan saya, bintang Air Show kali ini adalh Israel. Negeri di pojokan semenanjung Timur Tengah ini warganya 7 juta jiwa. Perasaan terpencil, serba tidak aman, ini mendorong Israel membangun pertahanannya (dan penyerangannya) dengan kuat.
Israel membuka stand cukup luas: IAI alias Israel Aerospace Industry. IAI memamerkan pesawat tanpa awak berbagai seri.
• Tipe Machatz-1. Jenis ini mampu terbang terus-menerus selama 52 jam. Ketinggian maksimum 35.000 kaki. Lama terbang dan tinggi terbang bisa berkurang tergantung pada berat muatan.
• Tipe Hermes. Hermes ini tipenya bermacam-macam. Ada seri 450, seri 900. Kegunaannya untuk menyerang, mengintai, dan menghancurkan. Jangan bayangkan pesawat UAV ini hanya untuk mainan. Panjangnya saja yang ini sampai 10 meter. Bisa terbang terus-menerus sampai 20 jam. Di film youtube, disebutkan, jenis ini sudah pernah menjalankan 20.000 misi penyerbuan. Silakan klik di http://www.youtube.com/watch?v=cTAN9oXZT-o.
• Tipe Heron. Ini sudah dipakai untuk berbagai misi penggempuran. Dipakai pertama kali waktu operasi Israel untuk mengenyahkan pejuang Palestina di jalur Gaza, pada 2008-2009. Gerakannya dipandu satelit GPS. Beratnya total 250 kgr. Kini, Heron dipakai di Australia, Singapura, Canada, Turki, Prancis. Berbagai misi sudah diemban. Dari Afghanistan, Palestina, hingga Irak.


Jangan kaget, Heron juga bisa mencapai Jakarta dari pangkalannya di Singapura sana...