Search This Blog

Monday, November 14, 2005

Dengan Pesawat Ku Pergi Jauh

 


SABTU lalu (12 November 05), saya ke kantor lagi. Jarang sekali saya ke kantor pada Sabtu siang, setelah sebelumnya harus menginap, begadang urusan deadline.
Saya mengajak Mohammad Darrel ''Dayen'' Cetta Askara. Panjang ya namanya?

Dengan suka cita ia meninggalkan acara televisi yang tengah ia tongkrongi. ''Pilih ikut ayah,'' katanya. Saya segera membawa susu satu botol, dan beberapa minuman kotak. Tak lupa, barang kiriman untuk Ibu di Yogya, yang dititipkan mobil GATRA, dimasukkan.

''Ke mana kita Yah?'' tanya Dayen, sewaktu mobil tengah meluncur di jalan tol.
''Ke kantor.''
''Kantor mommy?''
''Kantor ayah.''
''Di mana?''
''Kalibata,'' jawab saya.
''Kalibata mana?'' ia mengejar.
''Pasar Minggu.''
''Pasar Minggu mana?''
''Jakarta Selatan.''
''Ohhh, Jakarta ya?''
Alhamdulillah, pertanyaan berhenti. Soalnya, ia lebih banyak bertanya ''di mana, di mana, dst''. Padahal, belum tentu juga ia paham letak-letak geografis yang saya sampaikan. Namun, kadang-kadang pertanyaannya juga sulit. Pertanyaan dasar yang selama ini kita tak berusaha mencari tahu jawabannya.

Di GATRA, ia saya ajak masuk ke ruangan. Pandangannya langsung tertumpu pada sosok pesawat: GATRA Airways. Pesawat ini souvenir dari kawan Ayah. Katanya, biar GATRA cepat tinggal landas.
Pesawat adalah mainan kesukaan Darrel. Saya tidak tahu, kenapa boneka, mainan cewek seperti peralatan dapur, langsung dijauhi DArrel. ia juga suka mobil dan motor. Film kesukaannya Yaterman, yang ditayangkan Spacetoon tiap hari jam 19.00. Kalo kata Mommy, ''Darrel ini cowok sekali.'' La iya kan?

Darrel jauh lebih beruntung daripada saya dalam hal pesawat. Saya pertama kali naik pesawat terbang ketika menjadi wartawan Tempo. Itu tahun 1990, alias saat saya berumur 25 tahun. Darrel, tatkala berumur 6 bulan, sudah berkelana di angkasa. Dari segi penghasilan, apa yang didapat saya dan Mommy memang jauh lebih baik, ketimbang yang didapat eyang di Yogya, tatkala saya masih lahir. Kalo kata Eyang Kakung, ''Saya harus bersyukur, alhamdulillah..''

Di kantor, acara tak lama. Sekitar setengah jam. Di halaman depan, Darrel saya minta berpose.
Wing...wingg... wingg...
Ia menirukan suara pesawat. Posted by Picasa

No comments: