Search This Blog

Friday, November 25, 2005

Bani Makan Wortel

 

BANI belum punya teman. Sejak kawannya, si putih Bono mati, belum satu pun konconya didatangkan. Maka, Bani pun memonopoli halaman belakang yang luasnya 200 meter persegi itu. Minah serta Mur mengeluh. ''Tanaman cabe, semangka, dan daun pandan habis semuanya dilahap Bani,'' katanya.

Di kalangan petani Jawa Tengah, kelinci disebut sebagai truwelu. Ia masuk kelompok hama. Ganasnya memang minta ampun. Tumbuhan yang ditanam dengan susah payah disikat. Dengan sekali melahirkan sampai tiga ekor lebih, kehadiran kelinci pun menjadi musibah yang nggegirisi. Mirip dengan kanguru di Australia, si lucu namun karena cepat beranak jadi menyebalkan. Kalau mau memelihara truwelu, jangan sama sekali membayangkan Bobo: si kelinci yang pintar, lucu, dan baik hati.

Maka, rencana menghadirkan si Bani pun menjadi pro-kontra (dibuat istilah begini, biar terkesan seperti DPR yang penuh konflik). Mbak Mur dan Mbak Minah termasuk kelompok anti. Mommy inginnya Bani segera diberi teman. Ada catatannya: dibuatkan kandang lebih dulu. Dayen? Hehe... ia mah nurut. Saya? Melihat pohon cabe habis, ya jengkel...

Sejak awal, Bani memang tidak diniatkan untuk menjadi Bobo. Mommy bilang, ia ingin sejak awal Darrel bisa berkenalan dengan binatang. Sehingga ia tidak jadi penakut. Hasilnya ada lo.

Mula-mula, Darrel sangat grogi untuk ketemu Bani. Bukan hanya untuk menyentuh. Untuk berdekatan pun ia ngeri. Kini, ia sudah berani mengelus. Memberi wortel juga ok. Bahkan, Bani kini bisa menjadi pembujuk. Kalau Darrel susah bangun, atau ngotot tidak mau mandi, ia bisa diberi iming-iming: ditunggu Bani di belakang.
*** Posted by Picasa

No comments: