Search This Blog

Wednesday, June 28, 2006

Tamu dari Libya


TANTE Atik pulang ke Indonesia, 24 Juni lalu. Harinya Kamis. Ia datang bertiga: dengan Azul, Tante Atik, dan si sulung Naila. Ia terbang dari Tripoli sehari sebelunya. Wuah, capek ya?
Tante Atik orangnya njelimet. Dua bulan sebelum sampai, ia sudah membuat perencanaan berbagai macam. Mulai dari rencana ke Lampung, ke Yogya, ke Citibank, Dunia Fantasi, hingga niatnya membeli buku di Gramedia.
Mungkin Tante Atik (dan Om Ando) sudah saatnya menggaji tenaga khusus untuk mengelola jadwal. Kalau di kementerian, namanya bagian protokol.
****
Tante Atik tiba jam 17.35, dengan pesawat Lufthansa. Ditambah dengan proses imigrasi, dan menunggu barang, ia baru bisa mencapai ruang penjemputan jam 18.30. Lama ya? Bandingkan kalo om dan tante di Sepang (Malaysia) atau Changi (Singapura). Waktunya tak lebih dari 30 menit untuk menggapai ruang penjemputan.

Bandara Soekarno Hatta memang bermasalah. Awak darat yang mengurus keluarnya barang itu lo. Lelet minta ampun. Kalau kita sudah biasa bepergian ke Eropa, juga ke negara-negara maju di Asia, akan terasa betapa Bandara Soekarno Hatta amat kumuh dan sempit.

Sekitar 45 menit setelah Tante Atik di ruang tunggu, Mommy Uni datang. Hari itu, mommy pergi ke Banjarmasin, untuk ceramah mengenai kode etik jurnalistik, mewakili Dewan Pers. Ia berangkat pagi, kembali dari Banjarmasin sorenya.

Maka, mobil mommy pun sore itu penuh. Di depan ada mommy. Di tengah ada tante Atik, azul, dan naila. Di belakang ada koper dan ayah. Full.

Perjalanan dari bandara ke rumah di Permata Timur sore itu padat luar biasa. Butuh waktu sekitar 2 jam. Padahal kalo hari Sabtu ato Minggu pagi, paling Cuma 30 menit.
******
Pada hari pertama, Tante Atik membereskan kartu kreditnya di Citibank. Di hari kedua, ini Sabtu, Tante Atik ke Dunia Fantasi.

Ia ke Ancol bersama Azul, Naila, Mur, dan Darrel. Yang nyetir Pak Rejo.
Dari pagi sampe jam 15an mereka di Dunia Fantasi. Sayang gambar-gambar jepretan mbak Mur tidak bisa dinikmati. ‘’Di delete Darrel Pak,’’ katanya.

Pulang dari Dufan, Tante Atik pergi ke Bandara. Ia menjemput Eyang Siti Asiyam, yang datang dari Yogya. Pada Minggu pagi, mereka berangkat ke Lampung, untuk menengok Bude Tiwi.

Rencananya, mereka di Lampung sampe Sabtu pagi. Setelah itu, mereka terbang ke Yogya, langsung dari Lampung.

Tapi, pada Rabu sore, saat saya nulis untuk blog ini, Tante Atik nelepon. ‘’Wah, Lampung gempa terus. Rumahe mbak Tiwi retak-retak. Di halaman rumah tanahnya retak 1 cm…’’

No comments: