Search This Blog

Saturday, December 10, 2005

"THE ZAHIR": OBSESI DUA PENULIS BESAR

Judul Buku: The Zahir
Penulis : Paulo Coelho
Penerbit : Harper Collins, United Kingdom, 2005
Cetakan : I, 2005
Tebal : xxxv + 473 halaman

PAULO COELHO tidak diragukan sang alkemis kata-kata. Dia mampu mengubah kata menjadi emas penuh makna. Penulis berkebangsaan Brasil ini lebih dari 18 tahun menjual 65 juta kopi bukunya dalam 59 bahasa, menjadikannya sebagai salah satu penulis dunia populer.

Penggemar menggambarkan bukunya sebagai "pengubah kehidupan". Namun, kritikus yang cenderung mencium kesederhanaan dari karyanya menyebutkan bahwa dia kaki tangan gerakan new age yang mudah menipu.
Sekalipun demikian, nyaris setiap karya penulis berusia 58 tahun ini begitu memukau pembaca. Novel yang menjadi kunci ke dunia mimpinya, yang dianggap sebagai karya klasik, adalah The Alchemist (Sang Alkemis), fabel inspirasional tentang penggembala Andalusia, Santiago, yang mewujudkan mimpi mendapat harta karun di Piramida Mesir, tetapi akhirnya menyadari untuk mengikuti "legenda pribadi"
atau takdirnya. Buku tersebut diterbitkan kali pertama di Brasil pada tahun 1988, sejauh ini telah terjual 27 juta kopi di seluruh dunia, termasuk 2,2 juta di Amerika Serikat.
Sekarang, Coelho menerbitkan novel barunya, semi-otobiografi, The Zahir. Novel tersebut telah mengungguli daftar best seller dan diterbitkan di Amerika Serikat pada September oleh Harper Collins. Sejauh ini, The Alchemist (edisi Harper San Fransisco, 1993) telah menjadi satu-satunya best seller Coelho di AS dan ia berharap The Zahir kian meningkatkan profilnya di AS. Namun sayang, sisa 1.000 kopi novel terbaru Coelho, satu-satunya penulis non-Muslim yang diterima di Iran, itu dilarang keras beredar oleh Menteri Kebudayaan Iran (BBC, 13 Mei 2005), dengan dalih popularitas Coelho yang "menggila" dianggap berbahaya bagi masyarakat Iran.

Seluruh karya Coelho bernuansakan spiritual sehingga sebagian orang menganggapnya bak guru. Coelho percaya konsep anima mundi (jiwa dunia), yaitu setiap orang melalui dedikasi total terhadap apa yang dilakukannya berhubungan dengan inspirasi alam semesta. Ide ini juga yang melatari semua karya Coelho.
Penggunaan simbol spiritual dalam karyanya terinspirasi oleh keterlibatannya dalam Regnus Agnus Mundi, sekte kecil berasal dari Katolik pada tahun 1492, yang mengkaji bahasa simbolik. Semua karyanya berusaha memecahkan pertanyaan fundamental berkenaan dengan kondisi manusia, seperti kebaikan melawan kejahatan, kesenangan dan
keputusasaan, terang dan gelap.
Coelho merupakan seorang Katolik yang tidak begitu terikat pada gereja, tetapi pada ide tentang Perawan Maria, wajah feminin Tuhan, seperti secara gamblang terlihat dari novelnya By The River Piedra I Sat Down and Wept (Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Tersedu).
Coelho menghabiskan setiap malam Tahun Baru sejak tahun1992 di St Martin, Lourdes. Apa yang membawanya ke situ bukanlah nuansa pedesaan dusun Perancis, tetapi lebih karena St Martin terpaut 10 mil dari kuil suci Perawan Maria di Lourdes, tempat yang penuh makna spiritual baginya.

Meski demikian, Coelho bukan penulis novel Katolik. Tidak diragukan lagi, melalui penggambaran tentang pencarian spiritual yang lebih generik atau perjalanan dalam, banyak bukunya berbicara kepada para pembaca di berbagai negeri dengan berbagai kebudayaan dan keyakinan berbeda, seperti di Mesir dan Israel, India dan Jepang. Hal
itu karena manusia memiliki kesamaan tentang kehidupan, tentang spiritualitas; sebuah bahasa universal meski sederhana.
Perjalanan karya Coelho bukanlah tanpa insiden. Pemberontakan masa mudanya mengarahkan orangtuanya untuk mengirimnya sebanyak tiga kali ke rumah sakit jiwa. Pada awal tahun 1970-an, dia menjalani kehidupan hippie, mengabdi pada seks, minuman keras, dan rock 'n' roll.
Dia menulis banyak lirik lagu bernada protes yang membuat militer Brasil tiga kali memenjarakannya. Kemudian, dia bekerja pada bisnis rekaman hingga dia dipecat. Kemudian, pada usia 36 tahun, dia memutuskan menapak tilas suci menuju Santiago de Compostela di Spanyol. Perjalanan itu menghasilkan buku pertamanya, The Pilgrimage,
yang menjadi perhatian di Brasil.
Dia kemudian mendedikasikan diri pada menulis dan mengejar makna hidup. Buku keduanya, The Alchemist, terjual habis secara perlahan hingga menjadi best seller yang tak terduga di Perancis pada awal tahun 1990-an dan kemudian mendunia.
Sampai sekarang Coelho mengatakan pencariannya masih terus berjalan. Setiap bukunya adalah bagian tentang hidupnya, termasuk best seller utama lainnya, seperti Veronika Decides to Die (Veronika Memutuskan Mati), The Devil and Miss Prym, Eleven Minutes, hingga karya terakhirnya, The Zahir.

"The Zahir"
Dalam The Zahir, Coelho menulis tentang seorang penulis karena itu adalah apa yang diketahuinya. Penulis ini, yang dikisahkan sebagai orang pertama, adalah juga penulis besar yang sukses, bukunya menjadi best seller dunia.
Seperti halnya Coelho, buku tokoh dalam The Zahir terkadang
dikritik pedas oleh kritikus sastra, tetapi dilampaui oleh pembacanya
yang loyal. Meski demikian, cerita ini bukanlah kisah hidup Coelho
yang telah menikah dengan seniman Christina Oiticica selama 26 tahun.
Setiap karya bukanlah tanpa inspirasi. Coelho, dalam The Guardian (18 April 2005), menyebutkan, wartawan Sunday Times, Christina Lamb, yang pernah meliput perang Irak, setelah keduanya bertemu dalam wawancara dua tahun yang lalu, sebagai sumber inspirasi. Namun, pers Brasilmenyebutkan, mantan Putri Sejagad asal Brasil, Cecilia Bolocco; aktris Italia, Valeria Golino; dan seorang desainer busana Rusia
mengklaim memiliki kisah cinta dengan sang penulis.

Dalam The Zahir tersebutlah seorang penulis terkenal menemukan istrinya, Esther, yang memutuskan menjadi wartawan perang, telah menghilang misterius. Meskipun waktu membawakan kesuksesan dengan novel best seller Time to Rend and Time to Sew dan cinta baru baginya, Marie, namun dia terus termistifikasi-dan semakin terpesona-
oleh ketiadaan istrinya. Apakah dia diculik, diperas, atau sekadar bosan dengan pernikahan mereka? Kegelisahan yang sepeninggal istrinya itu sama kuatnya dengan daya tarik yang digunakan istrinya.
Selanjutnya, dia bertemu dengan pemuda mistis dari Kazakhstan, Mikhail, yang mengetahui keberadaan istrinya. Mikhail bersikukuh, dengan intuisinya, sang penulis harus mengetahui dirinya sendiri, lebih baik lagi jika dia berharap dipersatukan kembali dengan istrinya. Serangkaian petualangan dan pertanda pun dimulai.
Pencarian sang penulis atas istrinya-dan juga kebenaran atas kehidupannya sendiri-membawanya dari Amerika Selatan, Spanyol, Perancis, dan Kroasia, hingga selanjutnya lanskap terbuka nan indah di Asia Tengah, Kazakhstan. Lebih dari itu, perjalanan ini membawanya pada pemahaman baru tentang hakikat cinta, kekuatan takdir, dan arti mengikuti kata hati.
Dengan The Zahir, Coelho menunjukkan tidak hanya gaya berceritanya yang kuat dan menawan, tetapi juga pandangannyayang luar biasa dalam makna menjadi manusia di tengah dunia yang penuh kemungkinan. The Zahir, konsep Arab yang dipinjam dari cerita pendek oleh Jorge Luis Borges, digambarkan Coelho sebagai pemikiran atau ide yang secara gradual menjadi obsesional.

Namun, pada skala lebih umum, zahir itu ada pada setiap orang, setiap orang memiliki zahir-nya masing-masing, yakni sesuatu yang tak mungkin tidak terlihat,
senantiasa membayang dalam benak, dan jika menapaki dan menjenakinya akan menjadi inspirasi, kekuatan, dan energi hidup yang menjadikan kreativitas terlahir tiada henti. Dalam buku itu, "zahir" sang narator adalah Esther yang hilang.
Akhirnya, sebagai pembanding dari karya Coelho, jika kesederhanaan yang memukau pembaca, patutlah membaca fabel, seperti karya Richard Bach, Jonathan Livingston Seagull atau The Man who Planted Trees oleh Jean Giono. Jika Anda terkesan dengan
spiritualitas, cobalah baca Carlos Castaneda. Untuk eksplorasi metafisika yang lebih kompleks, bacalah karya Milton, Blake, atau Philip Pullman, Nothern Lithts Trilogy.


Kumara Adji Kusuma,

peminat karya filsafat dan sastra, tinggal di Sidoarjo
KOMPAS Minggu, 20-11-2005. Halaman: 11

2 comments:

bundanya vila said...

ngbaca resensinya udah pgn baca buku the zahir dan alchemist. sebenernya uda dulu pgn baca.

agustinapurnomo said...

Terima kasih buat resensinya ya... kadang terlalu susah membaca karya coelho dan mengerti pesannya. terima kasih