Search This Blog

Thursday, April 03, 2008

BAHASA MENUNJUKKAN BANGSA--2



SEPENGGAL dialog Cinta Laura Keihl di sinetron, banyak dikutip di berbagai media. "Mana hujan, nggak ada ojek," diucapkan dengan logat bahasa sono. Orang pun menirukan ucapan itu dengan berbagai sudut pandang. Tapi kebanyakan, paling tidak menurut yang saya dengar, dengan sinis.
Di media dotcom okezone, Cinta mengatakan dirinya biasa-biasa saja. "Aku surprised kata-kata yang aku ucapkan di sinetron diikuti banyak orang. Bahkan, ditambahin. Sebenarnya dialognya cuma, 'Mana hujan nggak ada ojek'. Nggak tahu kenapa ditambahin kata becek. Aku nggak ingin bikin hak paten. Biarkan saja mengalir karena aku orangnya cuek," tutur Cinta.
Ucapan Cinta yang khas dengan logat ala bule itu sampai dijadikan ring back tone oleh operator ponsel. Bukannya senang, Cinta mengeluhkan tindakan orang-orang yang terkesan melecehkan gaya bicaranya."Duh, jangan segitunya dong kasih komentar. Orang-orang nggak tahu kondisi sebenarnya yang aku jalani. Sejak kecil, aku tinggal di luar negeri dan bahasa yang digunakan bahasa asing. Jadi seperti ini logat aku. Sekarang, aku biarkan saja orang mau komentar apa," tegasnya.
Mommy Uni bercerita, pekan lalu ia mendengarkan Radio Delta FM. Penyiarnya Mbak Intan Nugroho, yang lebih kita kenal sebagai pembawa acara siaran berita berbahasa Inggris di TVRI. ‘’Dua jam lebih yang diomongkan sinetronnya Cinta Laura,’’ katanya.
‘’Maksudnya sinetronnya bagus?’’
‘’Bukan. Itu lo. Yang mana hujan nggak ada ojek….’’
****
Suka atau tidak, semangat beringgris ria memang ada di benak para penurut bahasa Indonesia. Bahasa Inggris di abad pertengahan sebetulnya hanya jadi bahasa pengantar oleh orang-orang di Kerajaan Inggris. Pemakainya makin luas setelah Inggris mempunyai negara jajahan di berbagai benua. Malaysia, Australia, Singapura, Afrika Selatan, India, adalah negara-negara yang sempat menikmati pemerintahan Britania Raya.
Secara fisik, penjajahan oleh Inggris kini tidak ada lagi. Namun ada sarana penyebaran bahasa Inggris yang jauh lebih ampuh. Kurir penyebar virus bahasa Inggris itu bernama film Hollywood, komputer, serta internet.
Terlebih-lebih setelah sekarang kita menggunakan telepon seluler (coba, apa istilah melayu untuk seluler? Pusing kan???). Kita ber –short messaging services, sambil mendengarkan 3G, dan di jalan kita bersurfing ria dengan menikmati mobile phone. Mau chatting? Bisa. Yang penting handphone kita didukung software yang up to date….
Maka yang terjadi adalah bahasa gado-gado. Kata Kepala Pusat Bahasa Dendy Sugono, sebagaimana dikutip di Suara Pembaruan, kesalahan menggunakan bahasa Indonesia sekarang ini semakin bertambah di era reformasi. Anda tahu kan, istilah electoral threshold? Pasti juga pernah dengar, Presiden SBY diancam mau di-impeach.
Fenomena boom istilah asing pernah terjadi pada tahun 1980-an ketika terjadi booming ekonomi yang luar biasa. Ketika itu muncul properti di mana-mana. Penggunaan nama-nama asing sangat marak, bisa dijumpai di papan namanya: North Tower dan South Tower (ini untuk gedung utara dan gedung selatan, di Kuningan Plaza), ada Mulia Tower, Landmark.
Pada tahun 1995, dilakukan pencanangan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Nama-nama gedung, perumahan dan pusat perbelanjaan yang berbau asing diganti dengan bahasa Indonesia. Sayangnya hal itu tidak berlangsung lama.
Angin reformasi justru membawa perubahan buruk bagi bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa asing kembali marak. Malahan dengan alasan globalisasi, percampuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing justru semakin marak. Kata-kata seperti 'new arrival', 'sale', 'discount', terpampang dengan jelas di berbagai toko dan pusat perbelanjaan
Pada tahun 1953, Poerwodarminta mengeluarkan Kamus Bahasa Indonesia yang pertama. Di situ tercatat jumlah lema (kata) dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000. Pada tahun 1976, Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, dan terdapat 1.000 kata baru. Artinya, dalam waktu 23 tahun hanya terdapat 1.000 penambahan kata baru.
Tetapi pada tahun 1988, terjadi loncatan yang luar bisa. Dari 24.000 kata, telah berkembang menjadi 62.000. Selain itu, setelah bekerja sama dengan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, berhasil dibuat 340.000 istilah di berbagai bidang ilmu. Malahan sampai hari ini, Pusat Bahasa berhasil menambah 250.000 kata baru. Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang ilmu. Sementara kata umum telah berjumlah 78.000.
******
Di Malioboro, dan jalanan lain di Yogya, ada kewajiban semua papan nama harus ditulis dengan dua jenis huruf. Huruf latin dan huruf Jawa. Contohnya bisa terlihat di papan nama Pasar Beringharjo, pasar tradisional bersejarah di Yogyakarta. Pasar ini letaknya di ujung Selatan jalan Malioboro.
Saya tidak tahu, apakah generasi anak-anak sekarang masih bisa membaca huruf Jawa itu.
****
Saya kutipkan di sini kalimat yang dipasang di website http://www.ialf.edu/bipa/march2002/bahasaabg.html. Situs ini mengutip kalimat-kalimat yang digunakan para ABG. Kalimatnya pendek-pendek. Pengungkapan makna menjadi lebih cepat, sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya.
Dalam contoh percakapan berikut antara tokoh Vira dan Alda dalam ‘Atas Nama Cinta’ (Kawanku, 08.XXX 14-20 Agustus 2000) kita melihat bagaimana bahasa ABG ini dibuat begitu singkat tetapi sangat komunikatif. Dalam percakapan ini hanya kalimat pertama yang menggunakan pokok kalimat (subjek) sedangkan sisanya bahkan tidak menggunakan kata ganti orang (pronomina) sama sekali.
“Kamu anak baru, ya?” ‘Iya.” “Jurusan apa?” “Komunikasi.” “Pantesan cantik.” “Makasih.” “Eh, mau ini?” “Apa tuh? Obat, ya?” “Iya, kalau mau ambil aja.”
Coba deh, baca buku Pak Anton Moeliono, tokoh penutur bahasa Indonesia. Bila asas struktur subyek-predikat-obyek ditaati, dijamin, para remaja kita dapat nilai merah dalam pelajaran bahasa.

Apalagi kalau ketaatan menggunakan bahasa Indonesia yang jadi ukuran. Dijamin, para pembuat reklame tidak ada yang lulus.
‘’Great Sale. Special Discount Up To 30%. Original Brand from USA’’.

Paham kan yang dimaksud kalimat itu?
*****
Di luar bahasa ABG itu, juga berkembang bahasa jenis baru. Orang menyebutnya sebagai bahasa prokem. Malah sudah ada kamusnya, yang dibuat oleh artis Debby Sahertian.
Coba lihat contoh percakapan di bawah ini:

Jali-jali di Mal
A: Akika mawar belalang spartakus nih.
B: Emang spartakus yang lambreta napose?
A: Sutra Rusia! B: Akika mawar belalang Tasmania.
A: Tasmania kawanua yang lambada jugra sutra Rusia?
B: Tinta … pingin gaya atitah!
A: Sihombing loe! B: Tinta … soraya kayangan anjas! He … he …
(Sahertian, 1999: 23-25)


Mudeng? Kalau tidak paham, tidak usah khawatir. Saya siap menemani..hehehe..
*****
Bahasa menunjukkan bangsa. Mungkin karena itu, orang Jerman, Prancis, dan Jepang, sangat bangga pada bahasanya.
Mommy Uni bercerita, Februari lalu ia ikut acara Indonesa-German Media Dialog, dialog antar-pemuka media Indonesia dan Jerman. Dialog itu tidak menggunakan bahasa Inggris, sebagaimana pertemuan internasional lazimnya. Peserta dari Indonesia berbahasa Indonesia, yang diterjemahkan ke Jerman. Peserta dari Jerman menggunakan bahasa Jerman, diterjemahkan ke bahasa Indonesia.
''Saat istirahat, saya ngobrol dengan mereka. Ternyata bahasa Inggrisnya bagus-bagus. Malah banyak yang lulusan Amerika,'' kata Mommy.

Bahasa menunjukkan bangsa. Kita sepakat dengan hal itu. Di satu sisi, berbagai perkembangan kosa kata baru yang masuk ke dalam perbendaharaan bahasa kita menunjukkan, bahasa kita memang makin gaul. Makin dinamis. Bahasa memang tidak bisa mandek.
Tapi, kalau sampai bahasa lokal tergerus oleh gempuran bahasa asing, kita tidak bisa berbangga lagi. Itu menunjukkan kita adalah bangsa yang tidak punya percaya diri.

4 comments:

Anonymous said...

Nasib BI dan bahasa Jerman sama kok mas: digempur Anglikisasi (nah lo, penerjemahan semena-mena!). Pihak-pihak yang punya otoritas di Jerman cemas akan nasib bhs yang mereka banggakan itu 50th ke depan. Kasus-kasus penginggrisan-semu (pseudo-anglicism) juga terjadi: handy, beamer, dsb. di bahasa Jerman (gejala yang mirip dengan kasus "porno-aksi").

Saya tidak akan kasih pemecahan. Hanya latar belakang saja. Sejarah bahasa Melayu memang penuh dengan peminjaman bahasa asing, jadi generasi kita hanya meneruskan kebiasaan yang dilakukan moyangnya sejak abad ke-8 dulu terhadap bahasa Melayu Kuna.

YOGYAKARTA said...

trims mas Jaka atas infonya.
saya pernah baca di Economist, orang Jerman resah karena dosen-dosen yang bagus pindah ke amerika. di sana gaji lebih besar, dan pajak lebih murah.
secara ekonomi, amrik memang lebih kuat. apalagi dengan maraknya film hollywood dan software dari amrik makin merajalela.
pantas kalo bahasa inggris pun makin merajalela.
iwan

Heni said...

Tulisan bagus mas iwan. Kalau yang lumayan kuat menyaingi bahasa INggris, kayaknya bahasa Perancis kali ya yang juga tersebar luas di seluruh dunia, mungkin karena sejarah persaingan dua bangsa ini pada masa kolonial dulu.

Tapi tetap saja mereka khawatir dengan dominasi bahasa Inggris di Perancis yang menyebar dan diadopsi generasi mudanya terutama melalui media, majalah mode misalnya.

Aku pernah baca bahwa pemerintah perancis berupaya membendung penyebaran bahasa Inggris yang merajalela, melalui jalur pendidikan. Jadi kementerian pendidikan berupaya mendorong murid-murid sekolah untuk memilih pelajaran bahasa asing lain, apa saja boleh, asal jangan bahasa Inggris.

Sekedar cerita aja, dominasi bahasa Inggris ini terasa betul di keluargaku sekarang nih. Ceritanya anakku sama sekali nggak bisa berbahasa Indonesia lagi, mereka cuma bicara kata per kata tapi bukan kalimat utuh. Padahal di rumah suami dan aku selalu bicara bahasa Indonesia. Aku sampai bingung dan pusing mengajak mereka ngomong bahasa Indonesia.

Di satu sisi itu bagus karena mereka bahasa Inggris yang lugas membuat mereka secara natural terbiasa berpikir bebas dan tidak takut bicara. Masalahnya bapak Ibunya yang kesusahan kalau menerangkan konsep kayak hidup, mati, tuhan, agama, dll dalam bahasa asing ke anak kecil. Kok jadi curhat ya ...:) Mudah-mudahan nanti kembali ke Indonesia mereka bisa cepat menyesuaikan diri lagi.

Salam dari Melbourne yang lagi dingin.

Anonymous said...

Hot Trends Today

hahaha kok ada malay