Search This Blog

Thursday, April 12, 2007

Surat dari Disneyland, Hong Kong

Assalamualaikum

Mas iwan dan Mb Uni, kalau minggu depan mb Uni sempat ke Disney, nginep di hotel disney nya enak juga kok. ga kalah deg hotel disney paris. kebetulan dapat kamar menghadap laut, enak banget. disini disney nya kecil, lebih kecil dr Paris, tapi mrk menang di pentas teater nya. Azul dah bisa menikmati, cuma saja kalau capek,dia nangis wae. akhirnya ya terpaksalah masih ada periode tidur duluan... naila balik lagi ke park utk main2. ada juga kembang api nya yg buagus banget ktanya. aku ga liat... wong nemenin aAzul tidur. tapi kakiku juag udah pegal2 kok. malah bisa internetan..he2...


Kalau mb Uni kan udah mondar mandir ke Hongkong ya. Tyt mirip Singapore ya mbak? sayang ga sempat keluar masuk toko. sempat sekali jalan2 di new world centre, eh barangnya branded gitu. ga tega, beli barang ribuan dolar gitu. aku juga masih bingung ngitungnya kok angkanya gedhe semua... he2... biasa itungan dinar dan dolar US sih... pancen kalau dari kampung Suryo, wah bakatnya belanja di toko Maga ya...

Hongkong ki sebenarnya menang di pemandangan alam. tapi obyek lain yg dijual ga banyak, cuma menang di kemasannya saja. masak, ada trotoar dikasih patung bruce lee, jadi obyek wisata. ada cap tangan artis2nya, tiru2 hollywood. sayangnya mas Ando dan Naila terpesona juga dg Disney Hongkong ini, yg bagus pentas teaternya, malah kepingin next time insya allah disney tokyo..ealaah...kok ngono... prihatin aku... memang menyenangkan sih..

Tapi masak sih dr Disney ke Disney. Wong susunannya saja mirip dg di Paris itu kok. Persis. makanya aku agak sedih, krn persis setahun yll kita kan liburan bersama dg keluarga temanku yg anaknya tertabrak mobil itu lho mas. oh ya, akhirnya yg koma dulu itu meninggal lho mas, tgl 4 april yll. umurnya 11 tahun, seusia Ocha (innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat ketabahan dari Allah SWT).

Kalau bisa sebenarnya Disneyworld saja ya mbak...he2..tapi masak sih ke Amrik gitu. kita masih anti kesana je.. moga2 aja Naila mau diajak umroh wae ah. wisata rohani. masak wisata disney melulu...

Oh ya, waktu masuk kita sempat ketahan imigrasi agak lama, interogasi nya lama, soale pasportnya kualitasnya jelek. jarene mas ando, masalahe pasportku kelahiran gunungkidul, jadi udah dicuragai mau cari kerja, jadi TKI gelap... he2... diwawancara sana sini, tahu udah ada tiket balik dan kartu kredit, to wis lancar akhirnya.. oh iya ini foto, dirangkul dolphin. moga2 dolphine cewek, he2...

udah dulu ya...

sun sayang

atik

Friday, April 06, 2007

Semangat Kompetisi Uni Lubis


Mengubah paradigma kerja karyawan, budaya organisasi perusahaan, dan bertekad membawa antv sebagai televisi swasta terdepan di Indonesia.

Ahmad Nurhasim

anurhasim@jurnas.com

Mengembangkan perusahaan televisi swasta yang lesu dan kurang energi bukanlah hal mudah. Apalagi tuntutan dari pemodal adalah mengubah posisi dari nomor buntut menjadi terdepan di Indonesia. Sebab, antv yang sudah berjalan belasan tahun dan salah satu dari lima stasiun televisi swasta pertama yang memperolah izin siaran bersama TPI, RCTI, SCTV, dan Indosiar, peringkatnya paling bawah.

Pada saat seperti itulah Uni Lubis, 39 tahun, masuk ke antv dengan jabatan GM News & Talkshow Production. Tepatnya pada bulan Februari 2006, saat beberapa bulan setelah antv menjalin aliansi strategis dengan STAR TV, stasiun milik News Corporation Ltd yang berbasis di Hongkong. Televisi milik raja media Rupert Murdoch. STAR TV menggelontorkan saham 20 persen di antv. Aliansi itu menyegarkan kembali (refresh) antv, termasuk bidang news. “Sekarang kita menata kembali,” ujarnya.

Hasilnya kini citra antv cemerlang dan secepat kilat rating-nya melonjak. Promosi besar-besaran digalakkan. Hanya dalam hitungan bulan, rating beberapa programnya mampu mengungguli televisi swasta lainnya. Menurut Uni, dalam beberapa program, antv rating-nya naik drastis.

Dia mencontohkan breaking news antv tentang insiden Tanah Runtuh, insiden Poso, penggerebakan teroris Noordin Top di Wonosobo, Jawa Tengah, adalah laporan ekslusif. Tentu laporan itu tidak bisa dipisahkan dari kerja Karni Ilyas, sang Pemimpin Redaksi antv yang dikenal luas jaringannya. Bahkan sekitar kunjungan Presiden AS George Bush ke Indonesia November 2006 lalu, Uni mengutip survei AC Nielson, rating antv naik 100 persen.

Uni bercerita, sebelum STAR TV menyuntikkan energi, kondisi antv terpuruk. “Tidak punya cukup energi untuk berkembang karena persoalan keuangan. Bisa dipahami, saat perusahaan kesulitan keuangan terjadi, yang penting asal hidup. Dulu mungkin memang sistem yang bagus. Tapi begitu kondisi keuangan sulit, siapa peduli dengan sistem?”
Dengan jabatan GM News & Talkshow Production, perempuan bernama lengkap Zulfiani Lubis ini memang turun pangkat. Sebab, di TV7 sebelumnya dia orang nomor dua setelah pemimpin redaksi. Di TV7 , dia membawahi beberapa produser, termasuk support production. “Tapi tidak apa-apa,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 29 November 1967 ini.

Tetapi, jabatan serupa di antv juga mengintipnya. Di antv akhirnya dia juga menempati posisi yang pernah dijabatnya di TV7: Wakil Pemimpin Redaksi, tepatnya sejak 11 Januari lalu. Jabatan nomor dua setelah wartawan senior Karni Ilyas, sang Pemimpin Redaksi. “Tentu, perusahaan ini tidak memberikan jabatan itu gratis. Sejak awal (masuk), saya harus menunjukkan apakah saya pantas menduduki jabatan itu,” ujarnya.

Tanggung jawab Uni di news antv kini berderet: mendesain program dan peliputan, mengkoordinasikan seluruh kegiatan peliputan dan produksi dan penayangan news dan current affairs, membuat standar operasional prosedur (SOP) dan job desc di lingkungan news, memimpin rapat-rapat harian di lingkungan news, memikirkan pengembangan program dan peliputannya.

Selain itu, masuknya STAR TV ke antv juga menuntut sistem, tata nilai, budaya kerja, dan orientasi yang baru. Paduan tata nilai, manajemen, dan sistem global dengan lokal memicu adaptasi yang luar biasa. “Sekarang sedang proses membuat dan menyesuaikan orang-orang (karyawan) dengan paradigma baru,” jelasnya.

Dari sekian hal itu, menurut Uni, yang paling berat adalah membangun semangat kompetisi di kalangan karyawan. “Kalau hari ini tidak dapat gambar ini, sementara televisi lain dapat, kita harus malu,” katanya. Dia menanamkan semangat itu kepada semua karyawan: reporter, kamerawan, produser, sampai general manajer production.

Di antv dia merasa seperti membangun dari nol. Tapi di antv menurutnya lebih sulit. “Sebab membangun yang sudah ada, dengan karyawan 900 orang (saat itu) yang memiliki cara berpikir, cara kerja lama, untuk beradaptasi dengan perubahan, sistem baru, dan aturan baru, tidak mudah. Bagi saya, mengubah itu cukup melelahkan, sekaligus cukup menantang,” katanya.

Bagi Uni, pekerjaan ini bukan hal baru. Sebab, saat menjabat sebagai Wakil Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi Majalah Panji Masyarakat (1995-2001) dan Wapemred TV7 (2003) dia memiliki pengalaman dan pengetahuan cukup untuk menampilkan program dan laporan jurnalistik yang berkualitas. “Saya memang orang yang suka tantangan,” kata istri Iwan Qodar Himawan, 41 tahun, ini.

Meski menjabat sebagai pemimpin, dia masih sering turun ke lapangan untuk membuat laporan jurnalistik sendiri. Saat menjabat Pemred Panji Masyarakat dia menjadi pelopor yang menurunkan laporan rekaman percakapan mirip suara Habibie dan Andi Ghalib yang bikin heboh itu. Baru setelah itu, media-media lain melaporkan hal serupa. Hal yang sama ia lakukan di antv.

Untuk mencapai posisi sekarang, tentu Uni tidak cuma ongkang-ongkang kaki. Sejak awal meniti karier sebagai reporter di Warta Ekonomi tahun 1990, dia tipe wartawan yang memiliki energi dan stamina lebih.

Dia mengembangkan sikap malu jika kalah dengan media lain. Selalu berusaha mendapatkan berita dan narasumber yang eksklusif. Jaringan ke narasumber dia rawat dengan baik. Waktu dan kemampuannya dia dedikasikan untuk meningkatkan kualitas diri sebagai wartawan. Dia bekerja lebih keras. Sebab dia merasa bahwa dirinya termasuk orang yang tidak cerdas. “Jadi, harus bekerja lebih keras supaya dilihat dan menonjol,” katanya.

Bahkan pada hari pertama bekerja di antv, , 20 Februari 2006, dia masuk kantor pukul 01.00 dinihari. Saat para karyawan lain sudah pulang, dia justru sudah masuk kantor. Selama dua bulan pertama dia biasa sudah berada di kantor pukul 03.00 wib. Pulang pukul 22.00 atau 23.00.

Saat masih menjabat GM News & Talkshow Production, dia tidak sekadar memberikan tugas kepada bawahannya, tapi juga berdiskusi dengan anak buahnya. Langkah pertama adalah mendesakkan pembenahaan siaran pagi. “Sebab, siaran pagi jarang diperhatikan. Padahal, itu siaran yang penting,” katanya.

Sampai sekarang, dia sepekan sekali datang ke kantor pukul 05.00 pagi untuk mengobrol dengan kru yang berangkat malam. Selain tugas kantor, dia tidak segan-segan membantu bawahannya yang membutuhkan.

Dengan kecanggihan teknologi dan alat komunikasi, dia bisa memberikan perintah lewat email atau ponsel. Meski begitu, dia juga masih sering mendampingi krunya selama bekerja. Alasannya, “Selain bisa berdiskusi, jika ada masalah bisa langsung diambil tindakan.”

Lebih dari itu, aturan di antv memberikan libur dua hari dalam seminggu kepada karyawannya. Tapi, dia jarang menggunakan penuh haknya itu. “Paling-paling libur satu hari. Atau bahkan, jika dirasa mendesak, hari libur tidak saya gunakan,” katanya.

Karier Uni sekarang menunjukkan bahwa untuk membangun karier yang cemerlang tidak harus memiliki cita-cita. Bahkan dia merasa tidak sengaja terjun di dunia televisi. “Saya tidak punya cita-cita,” katanya.

Sebulan setelah lulus dari Insitut Pertanian Bogor tahun 1990, dia melamar dan diterima bekerja sebagai reporter Warta Ekonomi. Dari sanalah dia mulai mengasah ketajaman pena sampai sekarang.

Perkembangan karier Uni tidak bisa dipisahkan dari pengertian suaminya, Iwan Qodar Himawan, yang juga wartawan. “Pengertian suami sangat penting. Dia mengerti pekerjaan saya, meski misalnya, dua hari nggak pulang ke rumah,” katanya, tersenyum.

Tak hanya itu, dia tipe orang yang selama 24 jam bisa dihubungi. “Sejak dulu saya tidak pernah mematikan telepon seluler,” ujarnya.

Pantangan Uni selama meniti karier adalah korupsi. Sejak menjadi reporter sampai Wapemred antv sekarang, dia memegang teguh sikap antikorupsi, dan antiamplop. “Selama saya tidak korupsi dan menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi, saya mempunyai stand point yang kuat,” katanya.

Dengan jabatannya sekarang, Uni berwenang menayangkan atau tidak suatu berita. “Itu kewenangan yang menggoda,” katanya. Tetapi, ia sadar bahwa dirinya bukan orang yang memiliki kebutuhan hidup tinggi sehingga mampu menahan godaan itu.

“Suami saya juga sederhana. Apa yang saya terima dari perusahaan ini (antv) dan perusahaan sebelumnya lebih dari cukup. Rumah satu sudah cukup. Anak hanya satu. Saya memiliki lingkungan yang membuat saya tidak kemrungsung,” katanya.n

Kutipan:

Pantangan Uni selama meniti karier adalah korupsi. Sejak menjadi reporter sampai Wapemred antv sekarang, dia memegang teguh sikap antikorupsi, dan antiamplop.

Jurnal Nasional Edisi No. 007 Minggu III Maret 2007