Search This Blog

Thursday, March 30, 2006

MOMMY DAN LEE




DI perpustakaan rumah, ada buku berjudul ‘’From Third World to First. The Singapore Story: 1965-2000. Memoirs of Lee Kuan Yew.’’ Buku itu terbitan Times Media Private Limited, Singapore, tahun 2000. Pengarangnya Lee Kuan Yew, perintis Singapura yang kini menjabat sebagai ‘’mentor minister’’.

Ketika diluncurkan pada September 2000, buku ini laku keras. Orang Indonesia juga menanti-nanti kehadiran buku itu. Sebab, di dalam bukunya Lee menyebut nama-nama penting di Indonesia. Misalnya Pak Harto, BJ Habibie, Bung Karno.

Kami, maksudnya saya dan mommy Uni, termasuk yang pertama mendapatkan buku itu. Sewaktu buku itu masuk pasaran, September 2000, kebetulan ada seorang kawan tengah di Singapura. Ia menelepon saya. ‘’Mau oleh-oleh apa?’’


Pikiran saya langsung teringat pada buku Lee Kuan Yew. Maka, itulah yang kemudian terpikir di benak saya. ‘’Belikan saja buku.’’ Saya pun mendapat satu buku. Alhamdulillah. Namun, buku itu kurang komplet, karena tidak ada tanda tangan pengarangnya.

Tak gampang untuk mendapatkannya. Kalau tak salah, hanya segelintir pembeli yang bisa mendapatkan tanda tangan Lee. Itu pun harus membayar Sin $1.000 (angkanya mungkin tidak akurat). Duit tanda tangan itu akan dipakai untuk biaya pendidikan.

Beruntung pada Februari 2001 Lee Kuan Yew datang ke Jakarta. Mommy termasuk diundang bertemu Lee. Ia membawa bukunya itu, dan minta tanda tangan Senior Minister. Syukur, gratis.


Maret 06 ini, Lee datang lagi ke Jakarta. Mommy termasuk yang diundang bertemu Lee. Eh, Lee rupanya masih ingat pada Mommy. ‘’Daya ingatnya memang kuat. Luar biasa,’’ katanya.

Seusai acara, Mommy berfoto bersama Lee. Menjelang ‘’jepret’’, tiba-tiba Pak Fikri Jufri datang. Jadilah mereka bertiga berfoto.

Tuesday, March 28, 2006

JEPRET. MOTRET SAMBIL NANGIS



SEMULA saya hanya ingin memotret Darrel yang lagi bermain mobil-mobilan di pendopo halaman belakang rumah. Mobilnya dibelikan mommy sewaktu umrah di Tanah Suci, Desember tahun lalu. Tapi baru Ahad lalu ia membukanya.

Senin pagi ini (27 Maret 06), sewaktu mau berangkat ke kantor, saya mendengar suara Darrel riuh sekali. Acara ke kantor saya tunda. Saya membawa kamera, ke halaman belakang. Motret. Niatnya, motret Darrel.

Eh, belum juga satu jepretan, Darrel segera berdiri. ‘’Ayah, itu kameranya mau Dayen pake…’’

Kamera tidak saya berikan. La barang mahal je. Bisa-bisa dibanting. Saya njepret satu kali. Tapi Darrel tetap maksa. Senjata andalannya keluar: nangis.

Akhirnya kamera saya berikan, setelah lebih dulu diikat di tangannya supaya tidak jatuh. Ia kemudian memotret mbak Mur, mbak Minah, dan ayahnya.

Motret gaya Dayen ini amat berbahaya bagi kamera. Ia belum paham mana yang untuk menyalakan kamera, mana tombol untuk mengatur layar. Semuanya dicoloki dengan jarinya. Duh… Ketika lensa tak juga nongol, ia mencoba memaksa membuka penutup lensa dengan tangan. Ampun dah…



‘’Ayah, Dayen ingin motret Ayah…’’
Jepret… Hasilnya saya pasang di sini. Juga ada foto-foto mbak Minah, mbak Mur, dan Dayen sendiri..

Kalau om Ando, tante Atik, juga om dan tante lainnya melihat hasil jepretan ini, jangan diketawain ya. Maklum, ‘’Dayen kan masih kicinnnn’’
Itu bermakna: Darrel kan masih kecil.
*****
Saya juga menyertakan di sini foto Darel dengan mainan kereta api-nya. Ini mainan yang ia dapatkan Juni tahun lalu, sewaktu berulang tahun. Mainan itu cukup menyenangkan. Tapi tak gampang. Untuk merangkai relnya butuh waktu cukup lama. Juga butuh baterai. Untuk tiga rangkaian sepur, minimal enam baterai. Boros kan?

Saturday, March 25, 2006

MANDI MODEL TARZAN


TIDAK gampang lo mengajak Darrel mandi. Diperlukan kegiatan ekstra untuk membujuknya, biar mau berbersih-bersih badan. Kini, untuk sekadar membujuknya ke halaman belakang, diperlukan upaya luar biasa. Soalnya ada pesaing istimewa: televisi.

Jam 06 pagi, Spacetoon memutar ‘’Yaterman’’. Ini jagoan luar biasa, yang selalu menang menghadapi penjahat. Ada lagu yang selalu dihapal Dayen: ‘’…dia pasti menang… karena dia kuat… Yater.. Yater…Yater…Yaaaaterman…’’

Jam 06.30, pesaing berat lainnya muncul: Teletubbies. Ada Pooh, Lala, siapa lagi ya dua lainnya? Tontonan Teletubbies ini sebetulnya sudah lama diputar di Indosiar. Tapi akhir-akhir ini diseret pindah ke An-teve, televisi tempat mommy bekerja sejak 20 Februari 06.


Jam 07.00, dari Global TV muncul lainnya: Dora The Explorer, Dora si Pengelana. Dora dengan kecerdikannya, kemampuannya berteman dengan si monyet kecil Boots, sungguh amat menarik perhatian. Kehilangan tontonan Dora bisa menjadi perkara besar bagi Darrel.

Maka, untuk mengajaknya mandi sungguh amat tak mudah. Paham kan, om, tante?
Kalaupun sudah berhasil diajak ke belakang (ini halaman belakang betulan, bukan berarti diajak pipis), Darrel masih suka mengeluarkan senjata ngeyelnya. Dia berlari ke sana ke mari, bila perlu naik pohon.


Meski sudah disampo, ia terus saja berlari. Memanjat pohon. Dan, ayah, mommy, mbak mur, semua dibuat sibuk. Hehehe…. Meski pohon yang ia panjat hanya kamboja, yang dahannya dari rumput tak sampe satu meter, kalo jatuh lumayan sakit. Wuih.., kalo dilihat pahanya si Darrel, akan kelihatan baret-baret bekas dia jatuh. Maksudnya jatuh dari pohon.

Saturday, March 04, 2006

Bulan Baru Kantor Baru






POSTING pendek ini sekadar untuk mengumumkan: mulai 1 Maret 2006 ini saya sudah tidak bergabung lagi dengan Majalah GATRA. Saya mendirikan usaha sendiri, bersama Saiful Anam, kawan di GATRA juga. Nama kantornya: PT Reka Gagas Cipta. Perusahaan ini bergerak di penerbitan majalah dan buku, production house, periklanan, serta optimalisasi internet.

Alasan saya mengapa saya keluar dari GATRA akan saya posting di internet, kelak. Tapi intinya satu: saya sudah 11 tahun di GATRA. Bekerja di situ sudah berubah dari hal yang semula amat menarik, menjadi sesuatu yang amat rutin. Selain itu, bila Tuhan memberi saya umur panjang, pensiun saya masih 14 tahun lagi. Menurut perhitungan saya, kurva saya di GATRA pasti akan menurun. Rasanya kok berat banget untuk naik. Maka saya memutuskan untuk membuat kurva baru.

Sepekan sebelum saya keluar, mommy lebih dulu meninggalkan tempat kerjanya selama 4,5 tahun ini, TV7. Ia kini bekerja di Antv, televisi yang mayoritas sahamnya dimiliki keluarga Bakrie.

Saya muatkan di website ini foto ketika mommy perpisahan dengan koleganya, foto Darrel di kantor ayahnya, juga foto ketika kami sekeluarga, bersama Opung dan Eyang, jalan-jalan ke Bandung, akhir Februari lalu.