Situs Iwan Qodar Himawan - Uni Lubis - Darrel Cetta. Iwan, terakhir bekerja di GATRA. Uni, wartawan, pernah di Warta Ekonomi, Panji Masyarakat, TV7, kini di Antv. Darrel, murid Embun Pagi Islamic International School, Jakarta Timur. Website of The Family of Iwan Qodar Himawan-Uni Lubis-Darrel Cetta. Iwan, journalist. Now running his own company. Uni, journalist, now working for Antv, Jakarta based private TV Station. We live in Permata Timur, Jaticempaka, Pondokgede, Indonesia.
Search This Blog
Friday, August 26, 2005
Cerdas dengan Olahraga
Minggu, 13 Maret 2005
Olahraga bisa menstimulasi yang bisa mengembangkan seluruh kecerdasan anak. Sayang, orang tua sering abai untuk urusan fisik ini. Yuni begitu khawatir anaknya Yogi (9 tahun) yang kini duduk di bangku SD tak mendapatkan ranking di sekolah. Berbagai upaya dilakukannya. Sepulang sekolah, Yogi mengikuti bermacam-macam les agar bisa masuk peringkat atas di sekolah.
Agar Yogi tak perlu keluar rumah, Yuni menyediakan play station atau computer games di rumahnya. Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa Inggris merupakan 'menu harian' Yogi di rumah. ''Saya ingin anak saya berprestasi. Penting untuk masa depannya,'' ujar sang ibu. Cerita di atas menggambarkan betapa sebagian orang tua begitu puas bila anaknya mendapatkan peringkat tinggi di sekolah. Pertanyaan pun terlontar, benarkah cara mengajar anak seperti itu? Efektifkah memaksakan si anak untuk mengikuti berbagai macam les dan menjejalinya dengan pelajaran akademik?
Menurut psikolog dari Universitas Indonesia (UI), Dra Surastuti Nurdadi MSi, semua itu tidaklah akan cukup menjadi bekal bagi si buah hati untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. ''Kecerdasan individu tak hanya berdasarkan hasil skor tes inteligensi saja,'' ujarnya dalam seminar di Fakultas Psikologi UI, Depok, pekan lalu.Untuk tumbuh menjadi generasi yang cerdas dan kreatif, katanya, seorang anak juga perlu berolahraga. Berilah si anak waktu untuk bergerak dan bermain. Melalui gerak tubuh, kata Nuki, begitu ia akrab disapa, anak akan memperoleh keterampilan bergerak dan kebugaran jasmani.
Butuh keseimbangan
Gerakan tubuh, menurut Nuki, ternyata merupakan perantara yang aktif untuk mengembangkan kemampuan persepsi motorik. ''Masa bayi anak bermain dengan menggerak-gerakkan anggota tubuhnya,'' tuturnya. Pada tahun-tahun pertama dalam kehidupan, seorang anak melakukan gerak motorik kasar. Tambah usia, anak akan mulai memainkan alat permainan atau objek yang dapat digunakannya untuk bermain. ''Pada saat usia prasekolah, anak membutuhkan keleluasaan untuk bermain dan bergerak,'' imbuhnya. Dengan menguasai kegiatan motorik, pada diri anak akan timbul rasa senang dan percaya diri karena dapat berprestasi.
Bila seorang anak memiliki keterampilan berolahraga, tutur Nuki, maka pada diri si buah hati akan muncul rasa senang. Lewat olahraga pula, anak akan belajar bersaing. ''Berolahraga juga bisa meningkatkan harga diri dan keterampilan sosial,'' katanya. Tentu saja, anak pun bisa merasa bugar. Bahkan, sebuah penelitian ilmiah menyebutkan kebiasaan berolahraga yang dilakukan seorang anak ternyata mampu meningkatkan kinerja akademis.
Bahkan, olahraga pun ternyata bisa mengurangi tingkah laku negatif. ''Olahraga bisa mengurangi tingkah laku yang merusak,'' imbuhnya. Intinya, kata Nuki, seorang anak perlu diberi keseimbangan.Keseimbangan itu berupa stimulasi yang dapat mengembangkan ke seluruhan kecerdasannya. ''Olahraga/aktivitas merupakan salah satu stimulasi,'' paparnya.
Melalui olahraga anak bisa belajar. Sebab, olahraga dapat memengaruhi aspek kognitif dan emosi-sosial si buah hati. Hal senada diungkapkan dr Indrarti S SpKO. Menurut dia, secara naluri anak-anak cenderung selalu aktif bergerak. Mereka bergerak didasari oleh rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Aktivitas motorik pada anak akan tumbuh seiring proses tumbuh kembang yang harus mereka lalui.
Menurut dokter spesialis kedokteran olahraga ini, kemampuan motorik akan berkembang menjadi suatu keterampilan motorik tertentu. Hal itu, imbuh dia, akan tergantung sejauh mana mereka mendapat pengalaman-pengalaman gerak dari lingkungan sekitarnya. ''Peran orang tua, guru, teman dan orang-orang terdekat serta sarana prasarana akan sangat mempengaruhi hal itu.'' Tubuh yang selalu aktif bergerak, kata Indrarti, ternyata tak hanya bisa memberi pengaruh positif pada kondisi fisik, namun juga akan berpengaruh pada kondisi psikologis, intelektual, dan sosialnya. Anak-anak pun bakal mempelajari segala macam yang ada di dunia melalui aktivitas motoriknya sesuai dengan tahapan perkembangan psikomotornya. ''Anak-anak yang mendapat lingkungan yang kondusif akan menjadikannya sebagai anak-anak yang aktif, bugar, kreatif dan terampil,'' paparnya.
Hambatan orang tua
Menurut Indrarti, hampir semua orang tua menginginkan anaknya tumbuh sehat, ceria, banyak memiliki ide cemerlang, kreatif dan berprestasi. Sayangnya, banyak orang tua yang tak memahami dan menyadari pentingnya proses tumbuh kembang pada anak. Tak heran, lanjut dia, bila saat ini di Indonesia terdapat tiga masalah yang kurang mendapat perhatian. Saat ini, tutur dia, tingkat kesegaran jasmani anak-anak begitu kurang. ''Masalah lainnya, model pembelajaran di sekolah kurang merangsang aktivitas anak serta kurangnya waktu serta lahan untuk bermain dan olahraga,'' tandasnya. Selain itu, olahraga yang disajikan kurang sesuai dengan tahapan usia anak.
Mengajarkan anak berolahraga secara teratur tentu sangat baik bagi perkembangannya. Anak-anak dengan tubuhnya yang mungil lebih senang dan aktif berlari, loncat, dan berguling tak menentu. Terkadang, mereka dengan riangnya naik meja, kursi, atau memanjat pohon dan pagar yang ada di dekat rumahnya. Sayangnya, kata Indriarti, orang tua tidak suka dengan sikap anaknya tersebut. Teguran pun biasanya dilontarkan orang tua. Ternyata, kata dia, bila hal itu dilarang justru akan menghambat dan mengganggu proses aktualisasi diri anak melalui aktivitas motorik mereka.
Proses aktualisasi diri anak juga sering kali terhambat karena guru olahraga di sekolah atau di klub olahraga memberi latihan di luar kapasitas fisik anak-anak. Akibatnya, anak-anak menjadi kurang aktif, lesu, tak bergairah, sering sakit, berperilaku aneh, tidak menyenangkan, dan selalu buruk di mata orang tua.Yang perlu diperhatikan, anak perlu diberi kesempatan untuk bergerak dan bermain sesuai dengan kesenangannya. Sarana dan prasarana yang digunakan harus dipastikan aman. Selain itu, akan pun tak boleh dibiarkan bergerak terlalu capai. Semua itu tentu harus diajarkan dengan penuh kasih sayang.
Sesuaikanlah dengan Pertumbuhan Anak
Mengajarkan anak berolahraga tak bisa dilakukan sembarangan. Menurut dr Indrarti S SpKO, olahraga yang diajarkan harus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Berikut ini tahapan olahraga yang bisa diajarkan pada anak berdasarkan usia:
Periode umur 5-6 tahun
Latihlah si anak gerakan dasar sederhana seperti jalan, baris-berbaris, lari, lompat-lompat, keseimbangan dan berguling, berputar atau rolling. Pada usia ini, anak juga bisa diajarkan gerak meniru, jalan/ gerak binatang, pesawat terbang, menebang kayu dan lain-lain.
Bisa pula anak diajarkan gerakan memanjat, bergelantungan dan berayun. Permainan sederhana dengan bola, koordinasi dan kelincahan, bebas tanpa aturan yang ketat. Baik pula anak diajarkan latihan keseimbangan, berjalan di atas titian balok garis lurus atau bengkok.
Anak usia ini juga bisa diajarkan gerak dalam tari dan lagu. Beri juga mereka aktivitas di alam terbuka. Untuk olahraga, pada usia ini bisa diajarkan senam, renang, dan loncat indah.
Periode umur 7-8 tahun
Latihan untuk memperbaiki postur tubuh, gerakan membungkuk, melompat, dan meregang. Pada usia ini baik juga diajarkan, kombinasi lari -- lompat dengan irama musik, menginterpretasikan irama musik dan gerakan ritmis (tari). Bisa juga diajarkan permainan yang melibatkan kekuatan, keseimbangan, dan kelincahan.
Usia ini anak diajarkan lempar-tangkap bola, memasukkan bola ke dalam keranjang, sepak bola, dan kasti. Bisa pula diperkenalkan, permainan dengan peraturan sederhana dengan ukuran peralatan olahraga lebih kecil. Kenalkan pula aktivitas di alam terbuka. Olahraga tenis, tenis meja.
Periode umur 9 tahun
Bisa dikenalkan aktivitas conditioning, lari, lompat. Usia ini mulai mempelajari keterampilan gerak --menendang bola, melempar bola untuk jarak dan ketepatan, keterampilan berenang. Permainan lebih bervariasi dan aktivitas lebih keras. Olahraga bola basket (bola ringan), bulu tangkis, dan bola voli (bola lebih kecil).
Periode umur 10-11 tahun
Pada usia ini, aktivitas sudah mulai diarahkan pada aktivitas-aktivitas meningkatkan kesegaran jasmani (latihan aerobik, kekuatan otot, kelenturan) dan keterampilan cabang olahraga. Olahraga: atletik, sepak bola, voli, panahan, pencak silat, anggar. (hri)
*)Dari Republika edisi 13 Maret 2005.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment