Situs Iwan Qodar Himawan - Uni Lubis - Darrel Cetta. Iwan, terakhir bekerja di GATRA. Uni, wartawan, pernah di Warta Ekonomi, Panji Masyarakat, TV7, kini di Antv. Darrel, murid Embun Pagi Islamic International School, Jakarta Timur. Website of The Family of Iwan Qodar Himawan-Uni Lubis-Darrel Cetta. Iwan, journalist. Now running his own company. Uni, journalist, now working for Antv, Jakarta based private TV Station. We live in Permata Timur, Jaticempaka, Pondokgede, Indonesia.
Search This Blog
Wednesday, October 19, 2005
Bono dan Boni
NAMANYA Bono dan Boni. Keduanya adalah nama kelinci yang masih kecil. Satunya cowok, lainnya perempuan. Kami membelinya Ahad lalu, tepatnya 16 Oktober 2005, di pameran usaha kecil dan menengah, di Jalan Gatot Soebroto, Jakarta.
Rencana membeli ‘’Mr Rabbit’’ sebetulnya sudah lama. ‘’Ayah, beli dong, biar Darrel punya mainan. Kalo sejak kecil memiara binatang, dia kan bisa sekalian latihan tanggung jawab,’’ kata Mommy. Kalimat itu ia lontarkan sudah lama. Mungkin enam bulan lewat.
Saya sempat mau membeli kelinci di Pasar Tanah Abang, Agustus lalu. Waktu itu ada peresmian masjid di Blok A Pasar Tanah Abang. Di halaman pasar, ternyata ada penjual kelinci. Eh, harganya mahal. Ditawarkan Rp 75.000 sebuah. Apalagi, waktu itu saya naik motor. Nggak mungkin bisa mengangkut dua kelinci.
Di pameran UKM itu, satu kelinci dihargai Rp 25.000. Sepasang, cowok-cewek, Rp 50.000. Begitu lihat si Rabbit, Mommy langsung angkat telepon. ‘’Ayah, ini bagus. Beli ya…’’ Akhirnya, untuk si D, sepasang kelinci pun dibeli.
Kalau mau serius, beternak kelinci sebetulnya juga tidak sulit. Di situs keluaran BPPT, (http://www.iptek.net.id/ind/warintek/ Budidaya_peternakan_idx.php?doc=4a10 - 32k, ada penjelasan seputar bagaimana beternak kelinci dengan nyaman. Di awal tulisan, disebutkan begini: Kelinci semula adalah hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan percobaan.
Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu
hidup di hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan
populasi penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan
sebutan yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci,
Jawa disebut trewelu dan sebagainya.
Makanannya tidak terlalu sulit. Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan, rumput gajah, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang
hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. Bagus juga bila diberi konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan ternak.
Makan dan minum diberikan di pagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci diberi pakan dedak yang dicampur sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumput sedikit/secukupnya dan pukul 18.00 rumput diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.
Kalo sehat, kelinci adalah binatang yang lucu. Tapi, ada kalanya si dua kuping ini mendapat gangguan sakit. Macam-macam. Mulai dari bisul, kudis, eksim, hingga jamur di kepala. Masing-masing butuh obat.
Alhamdulillah, hingga saat ini si Bono dan si Boni masih sehat wal afiat. Kami tidak khawatir bila Darrel berdekatan dengannya. Hingga hari ketiga ini, si Bono dan si Boni punya dua rumah. Kalo malam, ia ditempatkan di taman bagian dalam. Paginya, dipindahkan ke halaman belakang. Di situ, ia bisa makan rumput sepuasnya.
Darrel masih takut bila ketemu Bono dan Boni. Tak apa. Yang penting, ia mulai mengenal dunia binatang. Dunia kelinci.
RIP
Kamis lalu, 20 Oktober 05, si Bono meninggal. Waktu Subuh, pas habis sahur, saya menengoknya, ia masih lincah bermain. Eh, jam 7 pagi, ia sudah tidur, tak bernyawa. ''Wah, mati ya Yah,'' kata Darrel. Bono dikubur di halaman belakang. Kasihan, Boni belum punya teman.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment