Situs Iwan Qodar Himawan - Uni Lubis - Darrel Cetta. Iwan, terakhir bekerja di GATRA. Uni, wartawan, pernah di Warta Ekonomi, Panji Masyarakat, TV7, kini di Antv. Darrel, murid Embun Pagi Islamic International School, Jakarta Timur. Website of The Family of Iwan Qodar Himawan-Uni Lubis-Darrel Cetta. Iwan, journalist. Now running his own company. Uni, journalist, now working for Antv, Jakarta based private TV Station. We live in Permata Timur, Jaticempaka, Pondokgede, Indonesia.
Search This Blog
Friday, May 18, 2012
Penipu Bergentayangan Lewat Facebook
SEBUAH pesan masuk di ''dinding'' facebook saya. Yang menulis Pak Mohammad Singgih. Pak Singgih ini alumni Teknik Geodesi UGM, angkatannya sembilan tahun sebelum saya. Ia lulus tahun 1974. Figurnya dikenal baik, suka membantu, dan dikenal suka menjadi penggerak kegiatan.
Pesan di wall itu kira-kira bunyinya begini, ''Ini cerita beneran. Saya kira yang saya beli ini produk Cina. iPad cuma Rp 2,5 juta. Komputer Toshiba Rp 2,5 juta. Kamera Rp 2 - 4 juta. Eh, ternyata barangnya asli beneran. Masih dalam kemasannya. Dikirim lewat Tiki. Saya membelinya lewat saudara saya di Bea Cukai. Silakan kirim pesan ke inbox saya, bila berminat..''
Pesan menarik ini sampai ke wall facebook saya hari Minggu, 17 Mei 2012, sore sekitar jam 15.00. Ini informasi menarik. Apalagi dua bulan sebelumnya kami kehilangan iPad. Dalam sebuah acara di Hotel Dharmawangsa, iPad kami hilang. Wassalam. Dilacak ke sana ke mari, tetap saja barang canggih itu tidak ketemu.
Saya segera berchatting dengan Pak Singgih. Ini saya kutipkan percakapan saya dengan ''beliau'':
''
Hallo mas, barang-barang di beacukai itu serius?'' tanya saya.
''Hubungi saja no ini 082 187 195 516 namanya pak WAHYUDI,dia spupuku/ptinggi bea dan cukai,minta saja no rekeningnya,sperti sy kmaren.nanti barangnya d krim lwat TIKI/KURIR,blang sj nanti dapat dr sya no nya,di jamin bakal d kasih,dan barangnya original and new brand kok,sy jamin 100%,soalnya sy dah bli juga dan buktikan sndri.ok''
''Kalo kameranya tipe apa?''
''Tanya saja langsung ke sepupu saya biar jelas..''
Setiap kali bertanya lewat facebook, jawabannya segera muncul. Kesimpulan saya, Pak Singgih sedang online.
Saya segera men-SMS nomor yang diberikan. ''Pak, adanya kamera seri apa? iPad-nya seri 1 atau 2?
Si ''Wahyudi'' segera menjawab: telepon saya saja biar jelas..
Kemudian saya menelepon. Si ''Wahyudi'' mengabari bahwa iPad-nya seri 2. Kalau Nikon-nya seri D4, lengkap dengan lensanya. ''Saya tunggu 30 menit dari sekarang ya, transfernya.. Saya kirim segera nomor rekeningya..''
Tak lama kemudian masuk SMS mengabari nomor rekeningnya di Bank Panin. ''705 202 5563 ats nama Wahyudi, BANK PANIN. Kalo misalnya dr atm yg beda bank pake kode bank 019 lalu no rek tjuan.tk''.
Wow.. 30 menit untuk transfer? Jujur saja, harganya sangat menarik. Walau untuk itu saya justru bertanya-tanya: ini beneran atau tipuan? Sudah banyak cerita di internet berseliweran, mengabari penipuan lewat facebook.
Dua tahun lalu ada kabar seorang ibu tertipu US$ 100.000. Ia mendapat pesan di inbox dari ''suaminya'' bahwa si ''suami'' kecelakaan di Amerika Serikat. Si Ibu ini orang Jerman. Si suami minta dikirimi uang, untuk biaya pengobatan. Begitu uang dikirim, si ibu berhasil kontak suami sebenarnya. Ia baru tahu bahwa dirinya jadi korban penipuan.
Tahun lalu kakak saya, mbak Yeni Widowaty, mendapat pesan dari ''promotor''-nya kuliah S3. Pesan SMS itu intinya Pak Profesor minta bantuan biaya pengobatan. Mbak Yeni curiga, gaya minta-minta begini bukan modelnya Pak Profesor, yang ia kenal sangat baik, sangat santun, dan agamis. Begitu dikontak, ia tahu: pesan itu ternyata bohong.
****
Prinsip pertama untuk setiap hal adalah perlunya verifikasi. Kalau bahasa ustad: perlunya tabayun. Kalau dalam bahasa mommy Uni Lubis di , perlu cek ricek: benarkah Pak Singgih beli laptop dan barang elektronik lain dengan harga murah? Kenapa barangnya bisa murah?
Pertanyaan berikutnya menyangkut etika: Apakah ini barang halal? Apakah ini barang selundupan? Apakah ini barang curian?
Jawaban untuk beberapa pertanyaan terakhir, hampir pasti ini barang ilegal. Lagipula aneh, membeli barang pada orang yang belum dikenal, kok transfer duluan. Namun adanya rekomendasi dari ''Pak Singgih'' membuat saya yakin: masak sih sepupunya Pak Singgih menipu..
****
Sore itu setelah sekitar dua jam berusaha menghubungi, akhirnya saya berhasil mengontak Pak Singgih sebenarnya, lewat SMS. ''Iya mas, minta maaf, facebook saya dihack. Sudah delapan orang mengontak saya untuk konfirmasi. Alhamdulillah, tidak ada yang ketipu...''
Jadi jelas, ada orang kurang ajar yang menipu, yang membajak facebook-nya Pak Singgih. Gantian saya ''mengerjai'' si Wahyudi kurang ajar.
''Hallo Pak, saya sudah transfer Rp 4,5 juta. Mohon dicek. Bagaimana pengiriman barangnya?''
Sekitar 10 menit kemudian si Wahyudi menjawab, ''Lo, kok belum masuk. Transfernya lewat bank apa?''
Saya jawab lagi:''Lo, ini rekening saya sudah didebet.. Masak belum masuk. Coba dicek..''
Sekitar 10 menit kemudian ia menjawab, ''Kok uangnya belum masuk. Transfernya lewat bank apa?''
Setelah itu ia berkali-kali menelepon untuk konfirmasi. Selalu saya jawab ''sudah transfer''.
Hari ini saya mendapat hikmah penting lagi, dari perlunya verifikasi.
Subscribe to:
Posts (Atom)