Situs Iwan Qodar Himawan - Uni Lubis - Darrel Cetta. Iwan, terakhir bekerja di GATRA. Uni, wartawan, pernah di Warta Ekonomi, Panji Masyarakat, TV7, kini di Antv. Darrel, murid Embun Pagi Islamic International School, Jakarta Timur. Website of The Family of Iwan Qodar Himawan-Uni Lubis-Darrel Cetta. Iwan, journalist. Now running his own company. Uni, journalist, now working for Antv, Jakarta based private TV Station. We live in Permata Timur, Jaticempaka, Pondokgede, Indonesia.
Search This Blog
Sunday, November 08, 2009
KEBUN RAYA TAMANSARI
LEBARAN lalu, Darrel ke Tamansari, Yogyakarta. Ini tempat yang bagi ayahnya Darrel, terasa kurang istimewa. Soalnya dulu waktu kecil, kalo ke Pasar Ngasem, pasti melewati Tamansari. Jalan kaki dari rumah.Kalo sekarang disuruh jalan kaki, ya nggak usah.
Darrel menikmati suasna di Tamansari. Ada undak-undakan. Ada kolam. Ada kamar-kamar kecil. Lengkaplah, cocok untuk bermain petak umpet.
Saya tak ingin berpanjang lebar mengenai acara kami di Tamansari. Kesempatan ini akan saya gunakan untuk memperkenalkan (sekali lagi) apa itu Tamansari. Naskahnya diambilkan dari wikipedia Indonesia. Inilah cerita tentang Tamansari:
Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah sebuah situs bekas taman atau kebun istana (royal garden) Keraton Yogyakarta. Hal ini dapat dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor sebagai kebun Istana Bogor. Kebun ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini memiliki luas lebih dari 10 hektar dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.
Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko, besrta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon salah seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih dikenal dengan Demang
Tegis.
Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.
Bagian pertama
Bagian pertama merupakan bagian utama Taman Sari pada masanya. Pada zamannya, tempat ini merupakan tempat yang paling eksotis. Bagian ini terdiri dari danau buatan yang disebut "Segaran" (harfiah=laut buatan) serta bangunan yang ada di tengahnya, dan bangunan serta taman dan kebun yang berada di sekitar danau buatan tersebut. Di samping untuk memelihara berbagai jenis ikan, danau buatan Segaran juga difungsikan sebagai tempat bersampan Sultan dan keluarga kerajaan. Sekarang danau buatan ini tidak lagi berisi air melainkan telah menjadi pemukiman padat yang dikenal dengan kampung Taman. Bangunan-bangunan yang tersisa dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Pulo Kenongo
Di tengah-tengah Segaran terdapat sebuah pulau buatan, "Pulo Kenongo", yang ditanami pohon Kenanga (Kananga odorantum[?], famili Magnoliaceae[?]). Di atas pulau buatan tersebut didirikan sebuah gedung berlantai dua, "Gedhong Kenongo". Gedung terbesar di bagian pertama ini cukup tinggi. Dari anjungan tertingginya orang dapat mengamati kawasan Keraton Yogyakarta dan sekitarnya sampai ke luar benteng baluwarti. Konon Gedhong Kenongo terdiri dari beberapa ruangan dengan fungsi berbeda. Dari jauh gedung ini seperti mengambang di atas air. Oleh karenanya tidak mengherankan jika kemudian Taman Sari dijuluki dengan nama "Istana Air" (Water Castle). Saat ini (Januari 2008) gedung ini tinggal puing-puingnya saja.
Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat deratan bangunan kecil yang disebut dengan "Tajug". Bangunan ini merupakan menara ventilasi udara bagi terowongan bawah air. Terowongan ini merupakan jalan masuk menuju Pulo Kenongo selain menggunakan sampan/perahu mengarungi danau buatan. Dahulu di bagian barat pulau buatan tersebut juga terdapat terowongan, namun kondisinya sekarang kurang terawat dibandingkan dengan terowongan selatan.
Pulo Cemethi dan Sumur Gumuling
Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat sebuah pulau buatan lagi yang disebut dengan "Pulo Cemethi". Bangunan berlantai dua ini juga disebut sebagai "Pulo Panembung". Di tempat inilah konon Sultan bermeditasi. Ada juga yang menyebutnya sebagai "Sumur Gumantung", sebab di sebelah selatannya terdapat sumur yang menggantung di atas permukaan tanah. Untuk sampai ke tempat ini konon dengan adalah melalui terowongan bawah air. Saat ini bangunan ini juga tinggal puing rerutuhan saja.
Sementara itu di sebelah barat Pulo Kenongo terdapat bangunan berbentuk lingkaran seperti cincin yang disebut "Sumur Gumuling". Bangunan berlantai dua ini hanya dapat dimasuki melalui terowongan bawah air saja. Sumur Gumuling secara tradisional konon digunakan sebagai masjid. Di kedua lantainya ditemukan ceruk di dinding yang konon digunakan sebagai mihrab, tempat imam memimpin ibadah. Di bagian tengah bangunan yang terbuka, terdapat empat buah jenjang naik dan bertemu di bagian tengah. Dari pertemuan keempat jenjang tersebut terdapat satu jenjang lagi yang menuju lantai dua. Di bawah pertemuan empat jenjang tersebut terdapat kolam kecil yang konon digunakan untuk berwudu.
Bagian Kedua
Bagian kedua yang terletak di sebelah selatan danau buatan segaran merupakan bagian yang relatif paling utuh dibandingkan dengan bagian lainnya. Bagian yang tetap terpelihara adalah bangunan sedangkan taman dan kebun di bagian ini tidak tersisa lagi. Sekarang bagian ini merupakan bagian utama yang banyak dikunjungi wisatawan.
Gedhong Gapura Hageng
"Gedhong Gapura Hageng" merupakan pintu gerbang utama taman raja-raja pada zamannya. Kala itu Taman Sari menghadap ke arah barat dan memanjang ke arah timur. Gerbang ini terdapat di bagian paling barat dari situs istana air yang tersisa. Sisi timur dari pintu utama ini masih dapat disaksikan sementara sisi baratnya tertutup oleh pemukiman padat. Gerbang yang mempunyai beberapa ruang dan dua jenjang ini berhiaskan relief burung dan bunga-bungaan yang menunjukkan tahun selesainya pembangunan Taman Sari pada tahun 1691 Jawa (kira-kira tahun 1765 Masehi).
Gedhong Lopak-lopak
Di sebelah timur gerbang utama kuno Taman Sari terdapat halaman bersegi delapan. Dahulu di tengah halaman ini berdiri sebuah menara berlantai dua yang bernama "Gedhong Lopak-lopak", versi lain menyebut gopok-gopok. Sekarang (Januari 2008) gedung ini sudah tidak ada lagi. Di halaman ini hanya tersisa deretan pot bunga raksasa serta pintu-pintu yang menghubungkan tempat ini dengan tempat lainnya. Pintu di sisi timur halaman bersegi delapan tersebut merupakan salah satu gerbang menuju Umbul Binangun.
Umbul Pasiraman
Kolam Pemandian Umbul Binangun, Taman Sari, Kraton Yogyakarta"Umbul Pasiraman" atau ada yang menyebut dengan "Umbul Binangun" (versi lain "Umbul Winangun") merupakan kolam pemandian bagi Sultan, para istri beliau, serta para putri-putri beliau. Kompleks ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Untuk sampai ke dalam tempat ini disediakan dua buah gerbang, satu di sisi timur dan satunya di sisi barat. Di dalam gerbang ini terdapat jenjang yang menurun. Di kompleks Umbul Pasiraman terdapat tiga buah kolam yang dihiasi dengan mata air yang berbentuk jamur. Di sekeliling kolam terdapat pot bunga raksasa. Selain kolam juga terdapat bangunan di sisi utara dan di tengah sebelah selatan.
Bangunan di sisi paling utara merupakan tempat istirahat dan berganti pakaian bagi para puteri dan istri (selir). Di sebelah selatannya terdapat sebuah kolam yang disebut dengan nama "Umbul Muncar". Sebuah jalan mirip dermaga menjadi batas antara kolam ini dengan sebuah kolam di selatannya yang disebut dengan "Blumbang Kuras". Di selatan Blumbang Kuras terdapat bangunan dengan menara di bagian tengahnya. Bangunan sayap barat merupakan tempat berganti pakaian dan sayap timur untuk istirahat Sultan. Menara di bagian tengah konon digunakan Sultan untuk melihat istri dan puterinya yang sedang mandi. Di selatan bangunan tersebut terdapat sebuah kolam yang disebut dengan "Umbul Binangun", sebuah kolam pemandian yang dikhususkan untuk Sultan dan Permaisurinya saja. Pada zamannya, selain Sultan, hanyalah para perempuan yang diizinkan untuk masuk ke kompleks ini.
Gedhong Sekawan
Di timur umbul pasiraman terdapat sebuah halaman bersegi delapan. Di halaman yang dihiasi dengan deretan pot bunga raksasa ini berdiri empat buah bangunan yang serupa. Bnagunan tersebut dikenal dengan nama "Gedhong Sekawan". Tempat ini digunakan untuk istirahat Sultan dan keluarganya. Di setiap sisi halaman terdapat pintu yang menghubungkannya dengan halaman lain.
Gedhong Gapuro Panggung
Di sebelah timur halaman bersegi delapan tersebut terdapat bangunan yang disebut dengan "Gedhong Gapura Panggung". Bangunan ini memiliki empat buah jenjang, dua di sisi barat dan dua lagi di sisi timur. Dulu di bangunan ini terdapat empat buah patung ular naga namun sekarang hanya tersisa dua buah saja. Gedhong Gapura Panggung ini melambangkan tahun dibangunnya Taman Sari yaitu tahun 1684 Jawa (kira-kira tahun 1758 Masehi). Selain itu di bangunan ini juga terdapat relief ragam hias seperti di Gedhong Gapura Hageng. Sisi timur bangunan ini sekarang menjadi pintu masuk situs Taman Sari.
Gedhong Temanten
Di tenggara dan timur laut gerbang Gapuro Panggung terdapat bangunan yang disebut dengan "Gedhong Temanten". Bangunan ini dulu digunakan sebagai tempat penjaga keamanan bertugas dan tempat istirahat. Menurut sebuah rekonstruksi Taman Sari di selatan bangunan ini terdapat sebuah bangunan lagi yang sekarang tidak ada bekasnya sedangkan di sisi utaranya terdapat kebun yang juga telah berubah menjadi pemukiman penduduk.
Bagian Ketiga
Bagian ini tidak banyak meninggalkan bekas yang dapat dilihat. Oleh karenanya deskripsi di bagian ini sebagian besar berasal dari rekonstruksi yang ada. Dahulu bagian ini meliputi Kompleks "Pasarean Dalem Ledok Sari" dan Kompleks kolam "Garjitawati" serta beberapa bangunan lain dan taman/kebun. Pasarean Dalem Ledok Sari merupakan sisa dari bagian ini yang tetap terjaga. Pasarean Dalem Ledok Sari konon merupakan tempat peraduan Sultan bersama Pemaisurinya. Versi lain mengatakan sebagai tempat meditasi. Bangunannya berbentuk seperti U. Di tangah bangunan terdapat tempat tidur Sultan yang di bawahnya mengalir aliran air. Sebuah dapur, ruang penjahit, ruang penyimpanan barang, dan dua kolam untuk pelayan begitu pula kebun rempah-rempah, buah-buahan, dan sayur-sayuran diperkirakan berada bagian ini. Di sebelah baratnya dulu terdapat kompleks kolam Garjitawati. Jika hal itu benar maka kompleks ini merupakan sisa pesanggrahan Garjitawati dan kemungkinan besar juga merupakan Umbul Pacethokan yang pernah digunakan oleh Panembahan Senopati.
Bagian Keempat
Bagian terakhir ini merupakan bagian Taman Sari yang praktis tidak tersisa lagi kecuali bekas jembatan gantung dan sisa dermaga. Deskripsi di bagian ini hampir seluruhnya merupakan sebuah rekonstruksi dari sketsa serangan pasukan Inggris ke Keraton Yogyakarta pada tahun 1812. Bagian ini terdiri dari sebuah danau buatan beserta bangunan di tengahnya, taman di sekitar danau buatan, kanal besar yang menghubungkan danau buatan ini dengan danau buatan di bagian pertama, serta sebuah kebun. Danau buatan terletak di sebelah tenggara kompleks Magangan sampai timur laut Siti Hinggil Kidul. Di tengahnya terdapat pulau buatan yang konon disebut "Pulo Kinupeng". Di atas pulau tersebut berdiri sebuah bangunan yang konon disebut dengan "Gedhong Gading". Bangunan yang menjulang tinggi ini disebut sebagai menara kota (Cittadel Tower) [?].
Kanal besar terdapat di sisi barat laut dari danau buatan dan memanjang ke arah barat serta berakhir di sisi tenggara danau buatan di bagian pertama. Di kanal ini terdapat dua penyempitan yang diduga keras merupakan letak jembatan gantung. Salah satu jembatan tersebut berada di jalan yang menghubungkan kompleks Magangan dengan Kamandhungan Kidul. Bekas-bekas dari jembatan ini masih dapat disaksikan, walaupun jembatannya sendiri telah lenyap. Di sebelah barat jembatan gantung terdapat sebuag dermaga. Dermaga ini konon digunakan Sultan sebagai titik awal perjalanannya masuk ke Taman Sari. Konon Sultan masuk ke Taman Sari dengan bersampan. Di sebelah selatan Kanal terdapat kebun. Kebun ini berlokasi di sebelah barat kompleks Kamandhungan Kidul dan Siti Hinggil Kidul. Kini semua tempat itu telah menjadi pemukiman penduduk. Kebunnya telah berubah menjadi kampung Ngadisuryan sedangkan danau buatan berubah menjadi kampung Segaran
Wednesday, October 28, 2009
JK Pindah Rumah
PADA Senin 19 Oktober 2009, saya ikut hadir di rumah dinas wakil presiden, di Jalan Diponegoro, Jakarta. Ini untuk kesekian kalinya saya hadir di pendapa di belakang rumah dinas itu. Pendapa yang tak begitu besar itu mungkin menjadi salah satu saksi penting perjalanan bangsa Indonesia, lima tahun terakhir.
Jusuf Kalla sering mengumpulkan berbagai organisasi kemasyarakatan, media, atau lembaga pemerintah di pendapa itu. Ketika mengumpulkan wartawan, Muhammadiyah, dan NU, untuk mengekspos soal terorisme, JK juga menggunakan pendapa itu. Rekaman gambar para teroris –setidaknya demikian vonis polisi—yang mengancam Amerika dan kepentingannya di Indonesia, pertama kali diputar di depan publik di pendapa itu.
Pertemuan 19 Oktober bagi saya punya makna penting. Hari itu adalah dua hari menjelang Pak JK berakhir masa tugasnya sebagai wakil presiden. Pada 21 Oktober ia digantikan Prof. Boediono.
Saya dan Mommy Uni Lubis merasa, Pak JK sosok yang pantas dihormati, diteladani, sekaligus dikenang. Sebagai wakil presiden, ia mendobrak tradisi keangkeran birokrasi. Rasanya tak terbayangkan seorang wakil presiden membalas SMS sendiri. Nomor handphone-nya semasa jadi wakil presiden masih sama dengan ketika ia di Makassar, sebagai direktur utama Bukaka, atau ketika ia jadi menteri perdagangan, dan kepala Bulog.
Alasan Pak JK sederhana. ‘’Nomor telpon saya ini sudah banyak diketahui orang. Kalau saya ganti telepon, kasihan mereka nanti yang susah ngontak saya.’’
Rumah Pak JK juga agak berbeda dengan rumah dinas wakil presiden atau pejabat pada umumnya, yang rapi jali. Dengan gampang Anda akan menemukan mainan anak-anak di ruang tamu, di pendapa, atau di dalam rumah. ‘’Ini menunjukkan rumah dinas ini betul-betul rumah,’’ kata Mommy.
Bagi wartawan, JK juga sosok yang enak. Ia bisa dicegat seusai salat Jumat. Ia juga gampang dimintai wawancara. Caranya? Cukup kirim SMS ke nomor handphone-nya. Pasti akan segera diproses.
Bukan berarti Pak JK tidak punya masalah. Ia pernah diberitakan soal helikopter untuk Basarnas. Majalah TEMPO mengungkap kasus helikopter itu dalam tulisan panjang. Tapi JK tidak marah.
Kata Toriq Hadad, pemimpin redaksi Tempo, ‘’Ketika saya temui untuk konfirmasi soal helikopter itu, Pak JK hanya bilang, hati-hati kalau kau menulis soal helikopter itu. Pertimbangkanlah, karena itu sebetulnya tidak ada masalah.’’
Bagi Toriq, yang pada Senin pagi itu juga hadir di pendapa rumah dinas wakil presiden, kalimat JK itu menunjukkan JK orang yang cukup bijak. ‘’Saya tidak diancam. Saya masih diberi ruang untuk menimbang-nimbang.’’ TEMPO kemudian memuat tulisan soal helikopter itu. Seingat saya, JK tidak menggugat atau menegurnya.
******
Mohon maaf kalau saya menulis Pak JK dengan nada positif. Bukan karena saya juru bicaranya, atau karena saya dibayar untuk mempromosikannya. Saya termasuk mengaguminya melihat caranya menyelesaikan masalah.
Contohnya, kasus Aceh. Negeri Serambi Mekkah ini bertahun-tahun hidup dalam kesusahan akibat terus-menerus digempur konflik sesaudara: antara yang menghendaki kemerdekaan dengan yang ingin tetap bergabung dalam pangkuan Republik Indonesia.
JK punya peran besar dalam membentuk tim perunding, yang bernegosiasi beberapa kali di Helsinki, Finlandia. Hasilnya kita ketahui, kini Aceh lumayan damai. Mereka bisa membangun.
Terobosan dalam pembangunan listrik 10.000 MW, serta jalan tol, adalah karya lain. Saya teringat, di awal-awal menjadi wakil presiden, JK bercerita, ‘’Kalau tidak ada terobosan, dari gagasan pembangunan pembangkit listrik sampai pelaksanaannya, butuh waktu paling lambat tiga tahun.’’
Karena itu, harus ada terobosan dalam hal peraturan. ‘’Peraturan itu bukan harga mati. Kalau dia mengganggu, ya harus diubah. Yang tak boleh diubah dan tak bisa diubah hanya kitab suci.’’
******
Memang, banyak yang menilai Pak Jusuf Kalla sebagai sosok yang pantas diteladani. Rabu malam, alias sehari setelah ia menyerahkan jabatannya kepada Pak Boediono, sebuah buku diluncurkan. Judulnya: Mereka Bicara JK. Penggagasnya adalah National Press Club of Indonesia (NPCI). Acaranya berlangsung di Ballroom Hotel Sultan Jakarta.
Saya kutipkan di sini tulisan di Media Indonesia, edisi Kamis pagi:
Jusuf Kalla tampak terharu mendapat kejutan yang digagas orang-orang terdekatnya tersebut. "Terima kasih surprise-nya," ujarnya dengan wajah sumringah.
JK mengaku bingung, karena sejak beberapa hari lalu sebenarnya ia ingin segera pulang ke Makassar, namun selalu dicegah anak-anaknya. Menurut JK, buku yang disampaikan tersebut merupakan apresiasi luar biasa bagi dirinya. "Kadang saya merasa apa yang saya kerjakan biasa saja," ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut hadir para politisi Partai Golkar seperti Surya Paloh, mantan Sekjen Golkar Soemarsono, Ferry Mursidan Baldan, Poempida Hidayatullah. Terlihat pula, sejumlah menteri dan pejabat seperti Kepala BKPM M Luthfie, Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, calon Menteri Perindustrian MS Hidayat, Kepala Bappenas Paskah Suzetta, dan lainnya.
Buku yang terdiri dari lima bab tersebut merupakan kumpulan wawancara dan tulisan mengenai sosok JK dari orang-orang terdekat. Selain istri dan anak-anaknya, ada juga Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar 2004-2009 dan pemilik Media Group Surya Paloh, Direktur Pemberitaan Metro TV Suryopratomo, eks pemimpin tertinggi GAM di Swedia Malik Mahmud, delapan anggota Kabinet Indonesia Bersatu, serta wartawan dan wartawan senior yang bertugas meliput JK selama lima tahun terakhir.
"Apa yang terjadi selama lima tahun bagi saya suatu hal yang penting. Lima tahun mengabdi untuk masyarakat dan bangsa," tutur JK.
Sementara itu, Surya Paloh yang turut menulis Cerita di Balik Layar, mengaku mengagumi JK sebagai pribadi yang konsisten dan sabar. "Ini luar biasa, saya bisa pahami kebijakan yang ingin dilakukan JK semata-mata untuk bangsa dan negara. Kebijakan itu tidak semuanya mendapat apresiasi, ada juga kontroversi, dan itu disadari JK," ujarnya.
Ia menambahkan, meski jabatan telah selesai, namun semangat dan pemikiran JK tidak pernah usai. "Saya yakin Pak Jusuf masih sangat diperlukan, teruslah untuk kemajuan banngsa. Anda menjadi wapres atau tidak, kita tetap bersahabat baik suka dan duka," tukasnya. *****
Di Gedung MPR, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengucapkan terima kasih kepada mantan wakil presiden Jusuf Kalla, pada Selasa 20 Oktober 2009. "Saya ucapkan terima kasih kepada mantan wapres M Jusuf Kalla. Pengabdian saudara, abadi dalam sejarah dan akan dikenang sepanjang masa pada jajaran Kabinet Indonesia Bersatu 2004-2009," kata Presiden Yudhoyono, saat pidato pelantikan presiden dan wakil presiden 2009-2014.
Mendengar Presiden Yudhoyono mengucapkan terima kasih, Kalla yang duduk di samping Wakil Presiden Boediono itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Menurut Presiden Yudhoyono, dalam alam demokrasi ada saatnya berbeda pendapat, ada pula saatnya berdebat. Namun, tambahnya, ada saatnya pula bersatu bahu-membahu untuk membangun bangsa.
Usai pelantikan presiden dan wakil presiden yang dipimpin Ketua MPR Taufiq Kiemas itu, Boediono mantan Kalla saling bersalaman dan cium pipi kiri dan kanan.
Sementara, saat Presiden Yudhoyono turun dari panggung utama dengan didampingi Ketua MPR Taufiq Kiemas, terlihat Kalla langsung menyodorkan tangannya kepada Presiden Yudhoyono. "Selamat bapak Presiden," ucap Kalla.
Melihat Kalla menyodorkan tangannya, Presiden Yudhoyono langsung menyambutnya dalam keduanya berpelukan sambil cium pipi kiri dan kanan.
Suasana akrab terlihat meskipun beberapa bulan lalu antara Presiden Yudhoyono dan mantan Wapres Jusuf Kalla terlibat perdebatan sengit saat pemilihan presiden 2009.
Thursday, February 12, 2009
Persaingan Satelit Iran-Israel
Peluncuran satelit Omid
Oleh: Iwan Qodar Himawan
LEWAT siaran nasional stasiun televisinya, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengumumkan dengan rasa bangga. ‘’Penduduk
Iran dilihat dari luar angkasa.
Peluncuran itu berlangsung Selasa lalu, bertepatan dengan 30 tahun Revolusi Iran, sebuah revolusi yang mengubah haluan politik Iran dari sekutu Amerika Serikat menjadi negeri yang senantiasa dicurigai. Dengan peluncuran satelit ini,
Satelit itu diberi nama Omid, bermakna Harapan. Para insinyur
Bahkan ia sudah menggagas untuk mengirim astronot
Secara teknologi satelit, peluncuran satelit Omid sebetulnya merupakan hal biasa. Namun bagi Amerika Serikat dan sekutunya, terutama
Dari segi pengalaman,
Dengan keterlambatan yang sedemikian lama, seharusnya Amerika Serikat dan sekutunya, tidak perlu terbengong-bengong. Apalagi buru-buru menghimbau
****
Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad
Dengan demikian, peluncuran satelit
Satelit terakhir punya Israel diluncurkan pada 21 Januari 2008, namanya Tecsar, dari pusat antariksa Satish Dhawan, milik India . Satelitnya dibuat Israel Aerospace Industri, BUMN di bawah Departemen Pertahanan. Sedang India yang menyediakan pesawat peluncurnya. Roket yang dipakai memiliki kekuatan empat tingkat,
Peluncuran Tecsar membuat
Dengan kemampuan sebesar ini, buku yang tengah dibaca Presiden Palestina Mahmood Abbas pun bisa dibaca judulnya. Selain itu, berbeda dengan satelit di masa lalu, pemindaian Tecsar tidak terpengaruh cuaca. Siang, malam, berawan, atau badai sekalipun, matanya bisa tajam menyorot bumi. Tidak mengherankan bila bangunan-bangunan penting milik Hamas di jalur
Dengan adanya
Dengan berbagai kelebihan itu,
Suriah sudah merasakan kehebatan satelit
****
Semakin baru, Ofek semakin canggih. Ofek 5, yang diluncurkan pada Mei 2002 dari pangkalan Angkatan Udara Israel di Palmachim, dilengkapi kamera yang mampu membuat dengan jelas obyek di bumi dengan ukuran 80 cm. Satelit mata-mata Israel yang terakhir, Ofek 7, diluncurkan pada Juni 2007, bisa merekam obyek berukuran 40 cm. Dengan informasi dari Ofek 7, plus intelijen lapangan, Syekh Yasin yang baru pulang dari salat subuh, langsung dihajar dengan rudal.
Sebagai satelit mata-mata, Ofek ditempatkan di jalur rendah, di kisaran 300 km – 1.000 km di atas bumi. Dengan orbit yang rendah, ada dua manfaat yang diperoleh. Untuk satu kali orbit mengelilingi bumi, ia hanya butuh waktu 1,5 jam. Sehingga, kawasan negara tetangga seperti Iran, Palestina, Suriah, Lebanon, dan negara-negara Arab lainnya, bisa dipantau minimal enam kali sehari. Pemindaian sebuah lokasi dapat lebih sering dilakukan. Manfaat lainnya, kameranya bisa merekam pergerakan di bumi dengan jauh lebih akurat.
Kemandirian, itu adalah tujuan dari berbagai kegiatan peluncuran satelit
****
Bila itu kita refleksikan ke negeri kita, harusnya
*) Iwan Qodar Himawan, praktisi pemetaan, pengurus pusat Ikatan Surveyor Indonesia. Naskah sudah dimuat di Harian Seputar Indonesia, edisi 7 Februari 2009.
BADMINTON TELADAN 83
Aris, Iwan, Anto Trail, Agung Kris, Suherwan
Ini sebagian foto dulminton --istilah sebagian orang yogya untuk badminton-- setiap sabtu pagi. ACaranya cukup gayeng. Kawan-kawan yang pernah sekolah di SMA 1 Yogyakarta angkatan lulus 1983, berkumpul, main badminton bareng. Setiap kali yang datang sekitar 10 orang. Yang paling rajin namanya Suherwan --panggilannya Herwan. Setelah itu Aris Priatno. Saya di juara 3.
Foto-foto lain mengenai acara ini, silakan diklik di www.teladan83.blogspot.com.
Badminton berlangsung di komplek menteri Jalan Widya Chandra III. Tapi mulai pekan ke-2 Februari ini, pindah ke SCBD, di Semanggi Expo. Tempatnya lebih luas, lebih terjangkau dari segi akses, dan yang penting: tidak bocor. Sabtu lalu sewaktu badminton di Widya Chandra, acara tampel bulu harus terhenti karena hujan deras. Air menetes dari atap. Satu-satu netes. Tapi lama-lama ngumpul jadi banyak, dan licin..
Kata Pambudi Mahanto, yang kini bekerja di Departemen Kehutanan, kalau yang berkumpul usianya di atas 40 tahun, tema pembicaraan pasti tidak bergeser dari kolesterol, gula, rambut rontok...
Dari monitoring pembicaraan setiap pekan, tampaknya omongan Hanto benar...