Search This Blog

Saturday, October 22, 2005

Makan? Minum? Beginilah Caranya


DARREL paling suka ‘’cucu capi’’. Ini adalah istilahnya untuk menyebut ‘’susu sapi’’. Mau tidur, mau main, atau pas nonton TV, ia ngotot untuk minum susu sapi. Padahal rasanya, dijamin aneh bagi lidah orang dewasa.
Menurut saran dokter anak, yang sudah saya posting sebelumnya, anak umur 2-3 tahun sebaiknya minum 500 mililiter susu saja. Itu sudah cukup. Kelebihan, akan ditumpuk menjadi lemak.
Yang diminum Darrel pasti lebih dari 500 mililiter. Satu botol saja, yang kecil, 125 mili. Antara waktu maghrib sampai menjelang bobok, kira-kira ia minum tiga botol. Sekitar jam 4 ia bangun, minta minum. Setelah itu, ia bobok lagi. Paginya, jam 7, begitu bangun ia langsung minta susu. Banyak kan? Maka, mommy selalu wanti-wanti: kalo memberi minum untuk Darrel sebaiknya pake botol kecil saja. ‘’Dia sudah gemuk lo….’’ Timbangan terakhir, beratnya 24,5 kilogram. Coba bandingkan dengan Kak Shifa, keponakan yang tinggal di Bandar Lampung. Di usianya yang empat tahun, beratnya baru 18 Kilogram.

Urusan minum, juga maem, memang gampang bagi Darrel. Kami harus bersyukur atas hal itu. Namun, kami juga harus menjaga, agar jangan sampai ia suka jajan. Bahaya.
Makanan yang dijual di jalanan banyak yang tak sehat. Hampir setiap tahun terjadi kasus keracunan makanan. Dari seluruh kasus keracunan makanan yang ada, menurut Kepala Badan POM Sampurno, semua bersumber pada pengolahan makanan yang tidak higienis. Sebagian besar dibuat di industri rumah tangga, yang jumlahnya 500.000-an. Ironisnya makanan tidak higienis ini banyak dijual di kantin sekolah.
Industri makanan ini sering menggunakan bahan pewarna seenaknya. Bahan pokok pembuatnya juga sering dipilih sembarangan. Ada yang kualitasnya rendah. Ada pula yang sudah basi. Misalnya, ada yang menggunakan formalin dan boraks pada bakso dan mi untuk pengenyal dan pengawet. Untuk sirup mambo, digunakan bahan pewarna Rhodamin B, yang sering dipakai pada tekstil. Pokoknya mengerikan.


Padahal, makanan untuk anak harus terjaga betul kualitasnya. Anak-anak membutuhkan lebih banyak asam lemak dibandingkan orang dewasa. Tambahan lemak dalam diet mereka adalah ide yang baik. Kandungan seratnya harus rendah, karena sistem pencernaan anak yang belum sepenuhnya berkembang tidak dapat mencernanya. Kandungan energi di dalam makanannya harus lebih banyak ketimbang untuk orang dewasa. Vitamin B12 juga harus ada, dalam jumlah cukup.
Berbagai syarat itu tentu tak bisa dipenuhi oleh makanan jajanan. Malah, kata Pak Sampurno, selain kurang kandungan gizinya, jajanan sekolah sering jadi sumber racun. Sumber terbesar keracunan makanan di Indonesia terjadi pada usaha jasa boga atau katering untuk karyawan maupun jajanan anak sekolah. Bakteri nakal, yang hinggap pada makanan bermutu jelek itu jenisnya Staphyllococcus areus.
Syukur, Darrel belum suka jajan. Ia memang belum paham soal itu. Komunikasinya baru sebatas dengan ayah, mommy, mbak-mbaknya, serta eyang. Kadang-kadang ia bermain dengan Krisna, yang umurnya sama dengan Darrel.

Darrel maem di luar kalao diajak mommy dan ayah. Misalnya, di restoran two fish, di kawasan Kebayoran Baru. Restorannya lumayan enak. Tempatnya resik. Harganya? Kalo dibandingkan dengan warteg, ya jauh lebih mahal. Tapi masih terjangkao kok, untuk kantong ayah dan mommy. Syaratnya, makannya sesekali saja.

Dua pekan menjelang puasa, Darrel diajak jalan ke Mal Artha Gading, di kawasan Kelapa Gading, Jakarta. Di situ, ia bermain-main, naik jerapah dan singa. Setelah itu, mommy menraktir Darrel makan. Sepiring nasi goreng habis lo.